Rabu, 30 November 2022 05:40 UTC
BERMAIN : Sejumlah anak kecil sedang bermain di kawasan pantai Bilik Labuhan Merak Taman Nasional Baluran, Selasa 29 November 2022.
JATIMNET.COM, Situbondo - Pagi itu, Selasa 29 November 2022, suara riang sejumlah anak kecil sedang asyik bermain di tepi pantai Labuhan Merak, zona khusus kawasan konservasi Taman Nasional Baluran.
Sebagian dari mereka tampak asyik bermain pasir, sebagian lagi sedang bermain perahu kano. Keceriaan mereka pagi itu seolah menyiratkan secercah asa masa depan mereka.
Selama ini, warga di labuhan Merak di Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo hidup penuh keterbatasan. Tidak adanya akses jalan memadahi menyebabkan warga seperti terisolir, sulit mendapatkan akses pelayanan maupun terhubungan dengan warga lain di luar Labuhan Merak.
Akses jalan ke Labuhan Merak hanya melewati jalan setapak diantara lebatnya hutan Baluran. Saat musim penghujan, akses jalan ini tak bisa dilalui lagi karena jalannya licin dan kontur tanahnya liat.
“Kalau maksa lewat, pasti sepeda motornya macet. Bukan warga naik sepeda motor, tapi sepeda motornya naik warga karena harus dipikul untuk sampai ke rumah, ” kata Nurhawi, Ketua RT 03/RW 11 Labuhan Merak.
Kini, warga bisa bernafas lega seiring Kebijakan Bupati Situbondo Karna Suswandi membuka askes jalan ke Labuhan Merak.
Pemkab Situbondo mulai membangun akses jalan sepanjang 10 kilometer dari Dusun Sidomulyo hingga Labuhan Merak sesuai izin yang dikelaurkan dari Kementeriah Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (LHK RI).
“Dulu, kalau musim hujan masyarakat biasanya lewat jalur laut ke Desa Sumberwaru. Pemerintah desa juga menyiapkan ambulance laut (perahu) untuk warga. Seringkali warga meninggal di atas perahu saat akan di rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit karena di tempat kami tidak ada pelayanan kesehatan,” tutur pria yang tinggal di Labuhan Merak sejak 1975.
Pembangunan akses jalan baru ini menjadi babak baru warga Labuhan Merak. Apalagi, Pemkab Situbondo akan segera mamasukan jaringan listrik PLN, mendirikan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan akan mendirikan Sekolah Dasar Negeri secara mandiri (sebelumnya SDN Merak filial ke SDN 1 Sumberwaru).
“Alhamdulillah, kami seperti baru merdeka. Kami berterima kasih kepada Pemkab Situbondo (Khusus Bupati Karna Suswandi) karena telah memperjuangkan hak-hak dasar kami. Baru di era kepempinan beliau kami merasa dilayani. Insyaallah warga Merak akan maju,” timpal Supatma, seorang ibu rumah tangga di Labuhan Merak.
Kawasan Labuhan Merak Taman Nasional Baluran menyimpan potensi wisata alam luar biasa. Potensi yang selama ini terpendam karena daerahnya terirsolir, kini bisa menjadi ladang mata pencaharian baru bagi warga setempat.
Selain menjadi petani, sebagian mata pencaharian warga Merak yaitu melaut dan memelihara hewan ternak sapi. Saat ini, warga bisa ikut mengelola pariwisata.
Ada delapan destinasi wisata alam di Labuhan Merak, yaitu pantai si jile, pantai bilik, pantai lempuyang, pantak kakapa, pantai balanan, pantai si rondo dan pantai batu hitam serta spot diving (wisata bawah laut).
Pembangunan akses jalan ke Labuhan memiliki berdampak cukup besar terhadap kehidupan warga Labuhan Merak. Saat ini, harga kebutuhan pokok sudah hampir sama dengan harga di tempat lain, karena pengiriman barang sudah bisa dilakukan menggunakan roda empat maupun sepeda motor roda tiga.
“Sekarang harga sembako disini sudah murah. Misalnya LPG, dulu (sebelum dibangun akses jalan) harganya Rp. 23 ribu dan sekarang sudah normal Rp. 19 ribu. Begitu juga dengan harga-harga yang lain,” ujar Supatma.
Supatma sendiri merupakan generasi kedua di Labuhan Merak. Ia ikut orang tuanya ke Labuhan merak sejak 1985. Kini, Supatma sudah memiliki tiga orang anak dan satu orang cucu.
Sedangkan orang tuanya sendiri mulai tinggal di Labuhan Merak karena bekerja di PT Gunung Kumitir (perusahaan pengelola tanah HGU) sejak 1975.
“Adanya akses jalan ini adalah mimpi kami semua disini agar agar anak-anak kami nantinya bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Saat ini, disini hanya ada satu SDN filial dan baru-baru ini juga ada SMP terbuka. Kalau dulu, anak-anak yang tamat SD harus melanjutkan sekolah ke luar ,” katanya.
Sekilas Asal-Usul Warga Labuhan Merak
Warga Labuhan sebenarnya eks pekerja PT Gunung Kumitir. Mereka berasal berasal dari berbagai daerah seperti Banyuwangi, Jember, Madura dan Yogyakarta.
PT Gunung Kumitir mendapat izin HGU pemerintah pusat untuk mengelola perusahaan perkebunan turi sejak 1975. Tanaman turi merupakan bahan baku untuk pabrik kerta di Kabupaten Banyuwangi.
“Izin PT Gunung Kumitir mengelola lahan selama 20 tahun. Namun karena ada protes dari kantor marga satwa Baluran (sebelum berubah jadi taman nasional Baluran), maka pemerintah pusat hanya mengizinkan HGU menjadi 10 tahun,” ujar Zuhri, anggota Komisi II DPRD Situbondo dari dapil III, meliputi Kecamatan Asembagus dan Banyuputih.
Menurut Zuhri, sebenarnya izin pengelolaan perkebunan turi PT Gunung Kumitir akan berakhir 1995. Namun karena adanya protes tersebut pengelolaan berakhir 1985. Sejak itulah, eks pekerja PT Gunung Kumitir memilih menetap di Labuhan Merak. Mereka bekerja menjadi petani, peternak dan nelayan.
“Sebagian besar pekerja eks PT Gunung Kumitir memilih menetap di Merak sampai sekarang. Bahkan pekerja dari Sleman Yogjakarta sampai masih ada di Merak,” tutur pria yang pernah melakukan advokasi warga merak saat terjadi konflik agraria tahun 1999 silam.