Rabu, 02 June 2021 08:20 UTC
PEKERJA MIGRAN: PMI menjalani tes kesehatan sebelum dikarantina di pusat karantina wisma GOR Baluran Situbondo, Rabu 2 Mei 2021. Foto: Hozaini
JATIMNET.COM, Situbondo - Diperkirakan sebanyak 113 Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Situbondo yang bekerja di luar negeri sudah tiba. Dari jumlah tersebut, sebagian pekerja pulang karena dideportasi dan sebagian lagi pulang secara mandiri karena di luar negeri sudah tak lagi bekerja.
Umumnya, rata-rata para PMI asal Situbondo bekerja di Malaysia. Sejak dua hari ini ada 16 PMI asal Situbondo dipulangkan dari Malaysia. Satu orang belum bisa dipulangkan ke Situbondo karena terpapar Covid-19 dan harus menjalani perawatan medis di salah satu rumah sakit di Surabaya. Pasien merupakan pasien Covid-19 OTG (Orang Dengan Tanpa Gejala).
“Sejak 29 April sampai 2 Juni ini total PMI yang datang dari luar negeri 113 orang. Untuk hari ini ada enam terdiri dari lima PMI asal Situbondo sedangkan satu orang WNA asal Prancis. Lima PMI dikarantina di wisma GOR Baluran Situbondo sedangkan WNA melakukan karantina mandiri,” kata Kabid penempatan tenaga kerja Disnakertrans Pemkab Situbondo, Muhammad Zaini, Rabu 2 Juni 2021.
Para pekerja akan dikarantina selama tiga hari di pusat karantina wisma GOR Baluran Situbondo. Selama di karantina, para pekerja akan menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap hari dan akan dilakukan tes Swab sebelum dipulangkan ke rumahnya masing-masing.
Baca Juga: Kasus Covid-19, Pemkab Ponorogo Akan Bantu Pemulangan Pekerja Migran
Para pekerja mengaku sudah kangen ingin berkumpul bersama keluarga. Sebagian dari mereka sudah satu tahun ini tak bekerja di Malaysia. Bahkan untuk ongkos pulang ke Indonesia harus meminta kiriman uang dari keluarga.
“Saya sudah 8 tahun di Malaysia, kalau istri baru 4 tahun. Disana (Malaysia) saya bekerja sebagai penjaga toko dan sudah setahun ini tak bekerja sejak terjadi pandemi Covid-19,” kata Muhammad Fathan, PMI asal Kecamatan Suboh Situbondo.
Fathan dan istrinya Umiasih mengadu nasib ke negeri Jiran Malaysia karena kebutuhan ekonomi. Namun pandemi Covid-19 membuatnya kehilangan pekerjaan, karena banyak tempat usaha di Malaysia sudah tutup.
“Kalau sebelum pandemi penghasilan saya lumayan besar. Tapi sejak terjadi pandemi saya harus pontang panting cari pekerjaan. Tiga bulan ini sudah tak bekerja sama sekali sehingga kesulitan untuk makan,” tutur bapak dua orang anak itu.