Logo

Produksi Tebu di PTPN X Menurun

Reporter:

Selasa, 27 November 2018 04:42 UTC

Produksi Tebu di PTPN X Menurun

Ilustrasi. Foto: PTPN X

JATIMNET.COM, Kediri – Produksi tebu hasil panen tahun 2018 menurun karena faktor cuaca. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PTPN X menjelaskan penyebabnya beragam, seperti cuaca kering.

“Dari bibit baik, tapi ketika mau giling karena faktor cuaca, produksi turun sekitar 30 persen," kata Ketua DPD APTRI PTPN X Mubin.

Ia mengatakan, kemarau pada tahun ini relatif panjang. Para petani juga tidak dapat berbuat banyak, karena kejadian alam.

Namun, dirinya menyebutkan bahwa saat ini rendemen tebu para petani di wilayah PTPN X masih cukup bagus di atas 8, misalnya ada yang 8,45 hingga 8,50.

Pihaknya juga menyadari saat ini kebutuhan gula di dalam negeri hingga 5,7 juta ton dan hingga kini belum tercukupi dari produksi dalam negeri.

Karena jumlah untuk memenuhi kebutuhan masih kurang, pemerintah juga melakukan impor gula. Namun, DPD APTRI PTPN X berharap pemerintah juga memperhatikan kerugian besar tidak diderita para petani tebu lokal.

Terkait dengan harga gula saat ini, Mubin menyebut masih relatif bagus. Pemerintah lewat Bulog telah melakukan pembelian gula dengan harga Rp9.700 per kilogram, lebih tinggi ketimbang di pasar yang saat ini antara Rp9.000 hingga Rp9.100 per kilogram.

Pihaknya berharap, petani generasi milenial mampu membuat berbagai macam terobosan pertanian sehingga ke depan hasil tanaman tebu juga lebih bagus.

Para petani memang harus mempunyai pola pikir baru dan semangat yang luar biasa sehingga dapat menjadi generasi penerus di bidang pertanian tebu.

Pihaknya juga berharap pemerintah juga memperhatikan nasib para petani tebu. Pemerintah diharapkan memberi kemudahan fasilitasi kebutuhan pupuk untuk para petani tebu dan berbagai kebijakan yang pro pada petani.

"Sekarang ini pakai sistem mekanisasi, terkondisikan. Tinggal sekarang kebijakan pemerintah, memfasilitasi bagaimana kebutuhan pupuk, sehingga kami mau efisien, tepat waktu, tepat guna untuk memperkecil produksi. Ketepatan waktu jika (biaya operasional) hanya 50 persen sudah cukup, jika tidak bisa butuh biaya besar, misalnya untuk obat rumput," kata Mubin. (ant)