Logo

Permintaan Edamame 75 Ribu Ton, Indonesia Baru Sanggup 5 Ribu Ton

Pangsa Pasar Ekspor Edamame Masih Besar, Terutama Jepang
Reporter:,Editor:

Jumat, 27 December 2019 01:59 UTC

Permintaan Edamame 75 Ribu Ton, Indonesia Baru Sanggup 5 Ribu Ton

MENTAN: Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat di Jember. Foto Faizin.

JATIMNET.COM, Jember - Potensi Indonesia untuk menggenjot penerimaan negara dari ekspor pertanian, bisa ditopang dari komoditas edamame. Sebab, dari berbagai negara di dunia, hanya Indonesia yang wilayahnya dianggap mampu menghasilkan edamame dengan kondisi ideal. 

"Sekarang kalau di Jepang, orang masih lebih pilih edamame dari Indonesia daripada negara lain. Sebab, rasanya biar bagaimanapun beda, masih lebih unggul kita," ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat berkunjung ke Jember pada Kamis 26 Desember 2019. 

Kedatangan Mentan ke Jember dalam rangka melepas secara simbolis ekspor 92 ton edamame yang terbagi dalam empat kontianer, dari Jember ke Jepang. Ekspor senilai USD 185.200 atau Rp 2,6 Miliar itu dihasilkan oleh PT Mitratani Duatujuh, salah satu anak usaha BUMN PTPN X. 

Di pasar edamame Jepang, mulai muncul pesaing bagi Indonesia. Diantaranya adalah Cina, Taiwan dan Vietnam. "Tapi tetap saja, rasa Edamame Indonesia itu menjadi ciri khas," kata Syahrul. 

Sejauh ini, Jepang masih menjadi pangsa pasar utama bagi ekspor komoditas edamame asal Indonesia. "Permintaannya 75 ribu ton per tahun, kita masih baru bisa penuhi sekitar 5 ribu ton. Karena itu saya minta tahun depan ditingkatkan, bisa 10 ribu ton atau kalau bisa 3 kali lipat," ujar mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini.

BACA JUGA: PPSDS Jatim Sebut Daging Kerbau Eks Impor India Masuk ke Pasar Tradisional

Syahrul mengakui kalau upaya meningkatkan produksi ekspor Edamame itu tidak mudah. Apalagi selain dari Jepang, permintaan Edamame juga datang dari Eropa dan Timur Tengah. 

"Karena itu, kita akan konkritkan permintaan ekspor dari berbagai negara. Memang tidak mudah, harus proses dari hulu ke hilir. Kapasitas (produksi) kita baru 5 ribu ton, kita masih harus perbaiki infrasktruktur

Sementara, Direktur Utama PTPN X Dwi Satriyo Anurogo mengatakan, upaya yang dilakukan pihaknya untuk menggenjot produksi dan meningkatkan ekspor adalah dengan perluasan lahan tanam dan pabrik. 

"Sementara ini kita lahan tanam baru di Jember dan Bondowoso saja. Nanti kita juga akan cari lahan yang sesuai untuk perluasan pabrik," papar Dwi Satriyo. 

Selain itu, PTPN X juga akan memperluas pangsa pasar agar tidak semata bergantung pada pasar ekspor tradisional seperti ke Jepang. "Kita mulai masuk ke Timur Tengah, Januari besik, kita akan masuk ke pasar di Abu Dhabi. Kita juga mulai masuk ke Eropa melalui Amsterdam (Belanda), yang kemudian nanti akan (meluas) masuk ke Prancis dan sebagainya," jelas Dwi Satriyo. 

Edamame merupakan jenis kacang kedelai yang di panen dalam bentuk polong dalam usia masih muda. Banyak dikonsumsi dalam kondisi segar, tanaman ini dikenal hanya mampu tumbuh optimal di daerah tertentu saja. 

"Petani di Jember ini sudah punya expert (keahlian) khusus, sehingga menjadi harapan kita ke depan. Tapi kita juga tetap melakukan serangkaian inovasi," papar Dwi Satriyo. 

Edamame yang diekspor ke luar negeri, lanjut Dwi Satriyo hanyalah yang memiliki kualitas unggul. Meski demikian, edamame yang tidak memenuhi standar kualitas ekspor, tidak lantas di buang begitu saja. Namun justru di diversifikasi. 

"Sortiran tidak kita buang. Bijinya kita jadikan multi Mame (sejenis makanan). Lalu kulitnya bisa jadi pakan ternak kualitas tinggi, untuk jenis ternak sapi. Karena susu sapi yang dihasilkan dari pakan tersebut, akan menjadi susu kualitas tinggi," papar Dwi Satriyo. 

Usai berkunjung ke lokasi pabrik pengolahan Edamame milik PT Mitratani Duatujuh (anak perusahaan BUMN PTPN X), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melanjutkan kunjungannya dengan menghadiri pengajian yang dihadiri juga oleh ulama sekaligus anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Luthfi bin Yahya, di Pondok Pesantren Al-Qodiri, Jember.