Rabu, 14 November 2018 08:19 UTC
Kinerja impor yang tinggi tidak diimbangi dengan ekspor produk perikanan. FOTO: DOK
JATIMNET.COM, Jakarta – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya menggenjot kinerja ekspor untuk menambal defisit neraca transaksi berjalan.
"Neraca perdagangan isunya soal migas. Itu memang membuat defisit, tapi kalau kita bisa ekspor lebih banyak, defisitnya bisa tertutup," ujar Bambang di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu 14 November 2018.
Bank Indonesia mencatat, defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal III 2018 meningkat menjadi 3,37 persen dari PDB atau sebesar 8,8 miliar dolar AS, dibandingkan kuartal II 2018 yaitu 3,02 persen dari PDB atau delapan miliar dolar AS.
Menurut bank sentral, peningkatan defisit transaksi berjalan di kuartal III 2018 karena memburuknya kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa.
Khusus neraca perdagangan barang yang mencakup sektor migas dan nonmigas, tercatat defisit perdagangan migas meningkat. Sementara peningkatan surplus neraca perdagangan barang nonmigas relatif terbatas karena masih tingginya impor.
Perdagangan migas tercatat defisit 3,53 miliar dolar AS, sedangkan surplus neraca perdagangan non migas tercatat 3,43 miliar dolar AS. Permintaan impor yang tinggi di sektor nonmigas juga disebabkan konsumsi domestik yang menggeliat.
Sementara itu, peningkatan defisit neraca perdagangan migas terjadi seiring dengan meningkatnya nilai impor minyak karena harga minyak dunia yang menanjak.
Bambang mencontohkan Thailand yang neraca transaksi berjalannya surplus kendati negara tersebut bukan merupakan negara penghasil minyak.
“Impor minyak yang besar itu ia tutupi dengan ekspor lebih besar lagi. Salah satu yang jadi kekuatan Thailand itu adalah industri pengolahan makanan dan minumannya," kata Bambang.
Menilik industri pengolahan makanan dan minuman di Tanah Air, ia menyebutkan sektor tersebut sebagai salah satu sektor "jagoan" karena dari aspek penciptaan nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, dan juga ekspornya paling besar.
"Tapi industri ini tidak bisa menciptakan nilai tambah kalau tidak ada input-nya, yakni dari kelautan dan perikanan. Semisal olahan makanan laut yang simpel seperti fillet ikan atau udang sampai yang kalengan,” urainya.
Makanan olahan laut diharapkan bisa menjadi dominasi ekspor Indonesia agar memiliki nilai tambah. “Jangan sampai dikuasai asing ketika sudah memiliki nilai tambah,” pungkasnya. (ant)