Logo

Perhotelan Masih Kesulitan Bangkit dari Pandemi Covid-19

Reporter:,Editor:

Jumat, 19 February 2021 01:40 UTC

Perhotelan Masih Kesulitan Bangkit dari Pandemi Covid-19

HOTEL: Di tengah pandemi, hotel mengalami keterpurukan. Seiring dengan memasuki PPKM sejumlah hotel di Kota Surabaya okupansi-nya menurun salah satunya Quest Hotel Darmo Surabaya. Foto: Restu/Dokumen

JATIMNET.COM, Surabaya - Pandemi Covid-19 memukul pengusaha perhotelan. Bisnis sektor ini mengalami penurunan cukup signifikan.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur, Dwi Cahyono tak menampik hal tersebut. Menurutnya, Covid-19 telah membuat banyak pengusaha kelabakan.

Sebenarnya, kata Dwi, berbagai upaya untuk menjaga eksistensi bisnis mereka sudah dilakukan. Sejumlah alternatif dan inovasi juga telah dilakukan pihaknya. Hanya saja memang belum menunjukkan progres yang menggembirakan.

Salah satunya kerjasama dengan beberapa stakeholder, baik pemerintah maupun pihak swasta. "Kami juga sudah tingkatkan keratifitas, caranya dengan bundling atau jual bersama-sama dengan menggandeng pihak lain," ujar Dwi, Kamis 18 Februari 2021.

Sejumlah perusahaan baik milik BUMN maupun swasta digandeng untuk paket bundling. Seperti dengan maskapai penerbangan, dan penyedia layanan kereta api untuk menyediakan paket hemat.

Baca Juga: PPKM, Tingkat Okupansi Perhotelan di Surabaya Kembali Menurun

"Kita juga kerjasama dengan AirAsia, pusat oleh-oleh, PT KAI (Kereta Api Indonesia), dan UMKM, semuanya jadi satu paket, jadi tidak mengeluarkan biaya lebih banyak," tegasnya.

Namun, Dwi mengakui, hal itu belum memperoleh hasil yang maksimal. Masyarakat masih takut dengan kondisi pandemi. Terlebih, dengan status pewarnaan zonasi yang membuat masyarakat sementara mengerem berpergian.

Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) disebutnya juga masih memukul sektor perhotelan dan kuliner di Jatim. "Sebenarnya, dari pemerintah sudah melakukan sejumlah upaya. Tapi keengganan masyarakat untuk melakukan perjalanan, karena status daerah. Masyarakat masih enggan," tegasnya.

Penurunan tajam pendapat karena pandemibini, kata dia, memaksa melakukan efisiensi. "Sebetulnya sejak pertama kita upayakan langkah-langkah yang efisien, jadi seperti untuk operasional langkah-langkah efisiensi SDM dan operasional," tandasnya.