Sabtu, 04 August 2018 11:40 UTC
Pengamat Komunikasi Politik Untag D. Jupriono. FOTO: Arif Ardliyanto
JATIMNET.COM, Surabaya- Calon pendamping Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai wakil presiden dalam kontestasi Pilpres 2019 masih belum dipastikan. Namun dari sejumlah nama Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang bermunculan, sosok Mahfud MD terus menguat. Pria kelahiran Sampang, 13 Mei 1957 itu terus menjadi bahan perbincangan.
Seperti yang disampaikan pengamat Komunikasi Politik Universistas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, D. Jupriono yang mengatakan bahwa Mahfud dianggap memiliki banyak kelebihan dibandingkan calon lainnya.
Menurutnya, Mahfud dianggap kandidat cawapres non partai yang yang masuk akal. Sebab sejauh ini masyarakat banyak yang sudah tidak percaya dengan kinerja kader partai. “Kalau Pak Jokowi (Joko Widodo) memilih orang dari partai, saya rasa banyak yang kecewa. Saat ini masyarakat sudah anti pati dengan partai. Non partai merupakan pilihan yang masuk akal,” katanya, Sabtu, 4 Agustus 2018.
Jupriono mengusulkan dua nama non partai sebagai pendamping Jokowi, yakni Mahfud MD dan Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi. Menurutnya, Mahfud MD menjadi sosok yang bisa melengkapi Jokowi, meski TGB adalah sosok yang lebih muda, enerjik dengan karir politik yang cerah.
Kacamata Jupriono, Mahfud MD sosok yang sedang digemari banyak orang. “Reputasinya sudah teruji dibandingkan TGB, yang lebih dikenal di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua. Kalau di Jawa agak sulit,” ungkap dia.
Mahfud MD adalah tokoh yang bisa diterima semua kalangan, mulai muda, tua, akademisi, partai, maupun kalangan bawah. Mantan Ketua Mahkama Konstitusi ini juga dikenal sosok yang bersih dan sedang mesra-mesranya dengan media.
“Mahfud MD sangat dimanja media. Dia seperti diberi panggung untuk menunjukan eksistensinya. Belum lagi dia dikenal sebagai tokoh pejuang militan kebhinekaan. Dia bisa diterima suku lain maupun pemeluk agama lain,” beber Mantan Kepala Jurusan Komunikasi Politik Untag itu.
Sementara TGB merupakan tokoh yang sedang naik daun dalam dua tahun terakhir. Namanya melejit dengan ketegasan dan keberanian menentang kebijakan Partai Demokrat. Bahkan TGB juga dikenal ramah serta bersih. Meski dua bulan terakhir ini, TGB diserang isu tengah diincar KPK.
“Bisa juga isu itu (KPK) merupakan settingan yang sengaja dibuat untuk menaikkan elektabilitas. Itu namanya teknik propaganda dengan memfitnah kemudian dibersihkan,” akunya.
Jadi, kedua tokoh Indonesia ini patut dijadikan acuan Jokowi untuk menentukan pilihan. Karena keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan, lubang kekurangan itulah yang harus menjadi perhatian untuk melangkah. “Kita tunggu siapa akan dipilih pak Jokowi,” ujarnya.