Selasa, 27 November 2018 01:56 UTC
Komoditi beras di gudang Bulog Jatim: Foto: Dok
JATIMNET.COM, Surabaya-Dinas Perdagangan Kota Surabaya terus memantau fluktuasi harga empat komoditi jelang libur panjang Natal dan Tahun Baru. Keempat komoditi yang menjadi perhatian adalah beras, telur, ayam dan LPG.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widiyati mengatakan, pantauan pasar terus dilakukan untuk mengantisipasi agar keempatnya tidak meroket tajam. “Sudah dilakukan pantauan pasar Minggu lalu. Memang kita lihat ada sedikit kenaikan. Tapi masih bisa dikendalikan,” ujar Wiwiek saat dikonfirmasi Jatimnet.com, Selasa 27 November 2018.
Hasil pantauan dinas perdagangan hingga pekan ini, harga telur ayam broiler ada di kisaran Rp 22.071 per kilogram. Sedangkan beras IR 64 kualitas I Rp 11.929 dan daging ayam broiler Rp 33.429. Seluruhnya masih normal di bawah harga eceran tertinggi.
“Kami memang meminta pedagang untuk memenuhi ketetapan sesuai Permendag tentang harga eceran tertinggi,” ungkapnya.
BACA JUGA: Jatim Siaga Kenaikan Harga Sembako Jelang Natal Tahun Baru
Temuan di lapangna, ada juga beberapa pedagang yang menaikkan harga dibanding lainnya. “Tapi semua sudah clear (selesai). Seperti di Pasar Genteng kemarin, ada dia sendiri yang naik. Tapi kemudian mau menurunkan kok,” sebutnya.
Wiwiek mengaku telah berkoordinasi dengan beberapa pihak untuk mengantisipasi pergerakan komoditi-komoditi tersebut. Salah satunya dengan Bulog guna memastikan bahwa stok beras masih mencukupi. “Teman-teman di Bulog menyatakan stok beras dan sebagainya masih aman hingga akhir tahun nanti,” tuturnya.
Selain itu Wiwiek juga melakukan pantauan langsung harga ayam dan telur di peternak. Pengecekan ini bertujuan mengetahui berapa harga kedua komoditi tersebut. Dengan begitu ketika ditemukan ada pedagang yang melebihi harga eceran tertinggi, bisa langsung dikendalikan. Sejauh ini harga keduanya di peternak masih dalam tataran normal. Tidak ada kenaikan.
Sementara itu, langkah selanjutnya Wiwiek akan lebih mengintensifkan sidak ke pasar sebagai langkah monitoring dan mengidentifikasi siapa saja pelaku atau pedagang yang nakal. Memang tidak ada sanksi bagi pedagang, pembinaan lebih diutamakan. “Naiknya tidak banyak, masih di sekitaran harga eceran tertinggi,” katanya.