Sabtu, 22 May 2021 09:00 UTC
RAZIA. Petugas kepolisian mengentikan dan meminta identitas pengemudi mobil yang melintas di jalur Madiun - Saradan wilayah Nampu, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Selasa 18 Mei 2021. FOTO. Nd.Nugroho.
JATIMNET.COM, Madiun - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun mengklaim kasus Covid-19 tidak melonjak selama masa libur Lebaran tahun ini. Salah satu faktornya diberlakukannya penyekatan di wilayah perbatasan dan pintu keluar jalan tol.
"Dari laporan teman-teman (Satgas Covid-19) hingga tingkat desa kenaikannya tidak terlalu mencolok," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, Amam Santosa, Sabtu, 22 Mei 2021.
Berdasarkan data yang dihimpun petugas Dinkes sejak H-7 hingga Kamis 20 Mei 2021, tercatat 147 orang yang terkonfirmasi Covid-19. Selain itu, sebanyak 4.743 rukun tetangga (RT) berstatus zona hijau dan 142 RT masuk zona hijau. Dengan demikian, penyebaran virus Corona dinyatakan masih terkendali.
Hal ini bila dipansingkan dengan jumlah pemudik yang terdata lebih dari 8.000 orang di seluruh wilayah kecamatan. Sebanyak 145 di antaranya merupakan pekerja migran Indonesia (PMI) yang masa kontrak kerjanya telah habis. Juga, sejumlah warga yang bekerja di luar kota yang mudik sebelum masa penyekatan berlangsung.
Baca Juga: Hadirkan “Pocong”, Polres Bondowoso Kampanye Bahaya Covid-19
Para pemudik ini juga telah menjalani karantina di tujuh tempat khusus yang disediakan pemkab. Salah satunya di Sanggar Pramuka wilayah Kecamatan Jiwan yang diperuntukkan bagi para PMI. Adapun pendataan dan pengawasan pemudik dilakukan oleh warga di tingkat RT sebagai wujud dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
Kendati demikian, pemantauan penyebaran Covid-19 terus dijalankan secara intens. Sebab, potensi peningkatan kasus masih cukup tinggi pascalibur Lebaran. Lonjakan penderita dimungkinkan masih berlangsung hingga sebulan ke depan.
Prediksi itu berdasarkan pengalaman Lebaran tahun lalu, dan beberapa momentum libur panjang seperti Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. "Saat itu terjadi 'ledakan' kasus dan ini yang menjadi kekhawatiran kami," ungkap Amam.
