Logo
Warga negara Cina bebas beragama maupun tidak.

Pemerintah Cina Jawab Tudingan Pembantaian Muslim Uighur

Reporter:,Editor:

Rabu, 26 December 2018 13:58 UTC

Pemerintah Cina Jawab Tudingan Pembantaian Muslim Uighur

Dari kanan: Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Muktamar, Konjen Konsulat Jenderal Republik Rakyat Cina Gu Jingqi, Ketua Umum Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia H.A Nurawi dalam diskusi di Kantor PWNU Jatim di Surabaya, Rabu 26/12/2018. Foto: Sita.

JATIMNET.COM, Surabaya – Pemerintah Cina memberi kebebasan bagi warganegaranya untuk memeluk agama maupun tidak. Sehingga mustahil melarang kaum muslim beribadah.

Pernyataan itu disampaikan Konsul Jenderal Republik Rakyat Cina di Surabaya Gu Jingqi dalam dialog khusus di Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Surabaya, Rabu 26 Desember 2018.

Acara itu juga dihadiri oleh perwakilan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia.

Ia mengatakan pemerintahnya tak pernah membantai muslim Uighur di Xinjiang seperti yang ramai dibicarakan saat ini. “Islam membawa perdamaian, sama seperti filosofi bangsa Cina,” katanya.

Menurut Gu Jingqi, Xinjiang adalah daerah dengan kebanyakan penduduk yang berpendidikan rendah. Di sana kini, berkembang kelompok teroris dan ekstremis yang kerap melakukan aksi pembunuhan dan pengeboman. “Mereka membunuh orang. Sama seperti yang dilakukan di Surabaya 14 Mei tahun ini,” katanya.

Sejumlah kebijakan untuk membasmi terorisme pun digagas pemerintahnya. Di antaranya dengan mendirikan pusat pelatihan bahasa Mandarin bagi masyarakat. Pelatihan itu, kata dia melanjutkan, penting untuk mengedukasi warga Xinjiang agar tak mudah terpapar paham terorisme.

Suasana pertemuan antara Konsulat Jenderal Republik Rakyat Cina di Surabaya dengan jajaran PWNU Jatim. Foto: Sita.

Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar mengatakan pertemuan ini dibuat untuk mengklarifikasi isu pembantaian muslim Uighur di Xinjiang, Cina.

Ia mengatakan NU ingin berhubungan baik dengan siapa pun. Terlebih di Jawa, jutaan muslim menjalin relasi dengan warga Cina. Bahkan muslim Indonesia pun memiliki kedekatan dengan muslim Cina.

Ritual ibadah mereka sama, semisal membaca wirid setelah salat, doa berjemaah, serta menjalankan tarawih 20 rakaat. “Mari kita berhati-hati agar jangan memperkeruh hubungan yang ada,” katanya.

Ia mengatakan NU punya cara jitu untuk meluruskan anggapan keliru tentang muslim Uighur yang berkembang di media sosial. Metodenya dengan menyampaikan lewat para penceramah dalam pengajian.

“Ada ribuan kiai NU yang tiap malam pengajian. Ya disampaikan di sini saja, capek kalau dijawab di medsos,” tuturnya.