Logo

Naiknya Suku Bunga Acuan Tak Pengaruhi Minat Apartemen

Reporter:,Editor:

Minggu, 25 November 2018 11:44 UTC

Naiknya Suku Bunga Acuan Tak Pengaruhi Minat Apartemen

Direktur Utama PT Tiga Pilar Utama Sejahtera, Agung Hadi Tjahjanto (empat dari kanan) di sela-sela topping off apartemen Biz Square. FOTO: Baehaqi Almutoif

JATIMNET.COM, Surabaya – Kebijakan Bank Indonesia yang menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen tidak mempengaruhi pasar apartemen. Pasalnya, jika melihat kebutuhan backlog rumah 13,5 juta pasar apartemen masih sangat bagus untuk pasar Surabaya.

Kepala Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Surabaya Jamhadi mengatakan, meskipun suku bunga acuan mengalami kenaikan, tapi ada perbedaan antara bunga komersial dengan kredit rumah.

"Bunga pinjaman untuk hunian tidak sama dengan bunga pinjaman, jadi saya rasa pasar apartemen masih menarik," ujar Jamhadi saat ditemui usai acara topping off Apartemen Biz Square Surabaya, Minggu 25 November 2018.

Ia melanjutkan, jika dilihat dari jumlah backlog rumah yang masih 13,5 juta, pasar apartemen masih sangat menggairahkan. Pertimbangan orang beli rumah untuk hunian bukan hanya investasi cukup tinggi. Dia memperkirakan masih sekitar 70 persen berbanding 30 persen untuk investasi.

Untuk Surabaya sendiri, Jamhadi menuturkan, wilayah Barat dan Timur merupakan daerah strategis mendirikan apartemen. Harganya cukup terjangkau bagi masyarakat yang membutuhkan hunian.

“Di Barat dan Timur bakal lebih murah, jika dibandingkan dengan daerah Surabaya Tengah. Lokasi menentukan harga," ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Tiga Pilar Utama Sejahtera, Agung Hadi Tjahjanto mengatakan, saat ini persaingan apartemen kian ketat. Masalahnya Biz Square masih menjadi hegemoni di Surabaya Timur belum lama ini. Tetapi tingkat persaingan saat ini di kawasan Surabaya Timur jauh lebih ketat dan tingkat persaingan sudah mencapai 50 apartemen.

“Itu tantangan bagi kami, tetapi kami sudah membuktikan dengan membangun. Karena semakin tidak dibangun semakin kacau," kata Agung.

Agung mengaku, pangsa pasar yang menempati apartemennya rata-rata adalah end user dengan komposisi 60-70 persen, sedangkan sisanya adalah investor.

Dengan menyasar end user, menurut Agung cukup menguntungkan, lantaran mereka mencari hunian untuk ditempati. Ini membuat apartemen menjadi lebih hidup jika dibandingkan dengan investor.

Kendati demikian, end user membutuhkan hunian dengan harga terjangkau. Wilayah Timur paling masuk akal yang harganya relative lebih rendah dibanding Surabaya Barat. "Adanya MERR ini memunyai daya ledak. Jadi semua kini sudah melirik daerah Timur," tandasnya.