Logo

Misionaris Kristen Amerika Dibunuh Suku Terasing di Kepulauan Andaman

Reporter:

Kamis, 22 November 2018 02:00 UTC

Misionaris Kristen Amerika Dibunuh Suku Terasing di Kepulauan Andaman

Ilustrasi

JATIMNET.COM, New Delhi - Seorang misionaris kristen diduga telah dibunuh oleh salah satu suku paling terasing di dunia di pulau terpencil berjarak ratusan mil lepas pantai India.

Warga negara Amerika berusia 27 tahun itu, bernama John Allen Chau, datang ke India sebagai turis namun kemudian menuju Pulau Andaman dan Nicobar pada Oktober dengan tujuan yang jelas yaitu berdakwah, menurut Dirjen Polisi Pulau Andaman dan Nicobar, Dependra Pathak, seperti dikutip dari CNN.

"Kami menolak menyebutnya turis. Ya, dia datang dengan visa turis namun dia datang dengan tujuan spesifik untuk berkhotbah di pulau terpencil," kata Pathak.

Polisi mengatakan Chau tidak memberitahukan niatnya ke polisi ihwal perjalanannya sebagai usaha untuk mengubah kepercayaan penduduk setempat.

Kerabat Chau, dalam sebuah postingannya di halaman Instagram mengatakan Rabu, bahwa Chau seorang anggota keluarga tercinta. "Bagi yang lain dia seorang misionaris kristen, tenaga medis yang terabaikan, pelatih bola internasional dan juga pendaki gunung. Dia mencintai Tuhan, kehidupan, menolong siapapun yang membutuhkan, dan tak memiliki apapun kecuali cinta untuk orang-orang Sentinel (penduduk asli Pulau Andaman)," kata kerabat Chau sembari memaafkan seseorang yang merenggut kehidupan Chau.

Pulau tersebut, Pulau Sentinel Utara yang dihuni oleh penduduk asli Andaman, berada di bawah hukum India. Belasan lebih orang diduga tinggal di pulau terpencil di kepulauan Andaman dan Nicobar.

Pulau merupakan daerah dilindungi dan orang tidak diizinkan mendekati pulau ini di radius lima mil laut, setelah insiden sebelumnya yakni perilaku agresif terhadap pendatang yang sedang melakukan pengamatan. Pada 2006, dua orang nelayan lokal dibunuh oleh suku ini.  

Akses ilegal

Pathak mengatakan misionaris Amerika ini telah mengajak teman lokalnya, seorang tenaga elektronik, untuk menyediakan perahu dan mencarikan beberapa nelayan yang dapat mengantarnya ke pulau tersebut. Dari pertemuan itu kemudian diperoleh sebuah perahu dan nelayan, bersama seorang ahli olahraga air, untuk membantu ekspedisi tersebut.

Tujuh orang lokal yang memfasilitasi perjalanan tersebut telah ditahan. "Menurut nelayan, mereka menggunakan perahu kayu yang dipasangi motor, kemudian menuju pulau tersebut pada 15 November 2018," kata Pathak.

"Perahu berhenti sekitar 500-700 meter (1,640-2,300 kaki) dari pulau dan (misionaris Amerika) menggunakan kanoe untuk mencapai pinggir pantai pulau tersebut. Dia datang kembali pada hari itu dengan luka karena terpanah. Pada 16 November 2018, orang-orang suku merusak kanoe-nya.

"Kemudian dia kembali ke perahu dengan berenang. Dia tidak kembali lagi pada 17 November 2018. Seorang nelayan melihat orang-orang suku menyeret tubuhnya.   

Polisi belum melakukan verifikasi secara independen ihwal kematian Chau, kecuali hanya berdasarkan cerita nelayan yang mempercayai bahwa Chau mati terbunuh.

"Kami mempunyai tim luar untuk pengintaian dan pencarian dalam air, dan menyusun strategi bagaimana menemukan tubuhnya. Tim terdiri dari penjaga pantai, petugas dari departemen yang mengurusi suku terasing, petugas departemen kehutanan dan anggota polisi," katanya.


Terpencil, sebagian besar terisolasi

Petugas dari Konsulat Amerika di Chennai mengkonfirmasi bahwa diplomatnya siap untuk melaporkan tentang warga Amerika di Pulau Andaman dan Nicobar. Ketika warga Amerika hilang, kita bekerja secara diam-diam dengan penguasa lokal dan mengupayakan pencarian. Karena pertimbangan pribadi, kami tidak bisa berkomentar lebih jauh," katanya.

Chau adalah martir, ujar Mat Staver, pendiri dan ketua Journey Covenant, kementerian Kristen, yang memperkenalkan pelajar usia kuliah ke Israel melalui program imersi.

"John mencintai manusia dan dia mencintai Yesus. Dia bersedia mengabdikan hidupnya untuk berbagi kasih Yesus dengan orang-orang di Pulau Sentinel Utara," kata Staver melalui rilisnya ke media.

"Sejak SMA, John ingin pergi ke Sentinel Utara untuk berbagi kasih Yesus dengan orang asli," katanya.

Kepulauan itu berada sekitar 850 mil (1,370 kilometer) sebelah timur anak benua India. ADa sebanyak 572 pulai di wilayah Pulau Andman dan Nicobar, hanya sekitar tiga lusin yang dihuni. Wilayah tersebut berpenduduk sebanyak 380.000 berdasarkan sensus India pada 2011.

Survei pada 2011 hanya menyentuh 15 warga asli Andaman di pulau mereka --hitungannya dilakukan dari jauh karena faktor keamanan unyuk mendekati suku tersebut. Pada sensus 2011, populasi total diperkirakan menjadi 39 orang. India telah menunjuk lima kelompok suku asli di wilayahnya sebagai kelompk yang sangat rentan karena kehilangan sumberdaya berkelanjutan dan adat kebiasaan mereka.  

Kementerian Urusan Kesukuan India telah mengatakan dengan menghormati suku Sentinel, urusan administrasi Pulau Andaman dan Nicobar telah mengadopsi kebijakan mata tertuju tapi lepas tangan untuk meyakinkan tidak ada pemburu memasuki pulau ini.

Survival Internasional, organisasi nirlaba yang mendedikasikan dirinya untuk hak-hak orang-orang suku, mengatakan otoritas India seharusnya memastikan orang luar tidak membuat kontak dengan suku karena resiko penyakit atau ancaman terhadap tanah mereka.    

"Warga Sentinel telah menunjukkan dirinya lagi dan lagi bahwa mereka ingin dibiarkan sendiri dan harapan mereka ini harus dihargai," kata organisasi nirlaba ini.

"Penjajahan kolonial Inggris di Pulau Andaman mengurangi keberadaan suku disana, memusnahkan ribuan suku dan hanya pecahan dari populasi asli yang sekarang masih bertahan. Ketakutan warga asli Andaman terhadap orang asing ini sangat tidak dipahami," katanya