Logo

Menengok Pembangunan Rumah Tahan Gempa di Lombok

Reporter:,Editor:

Jumat, 18 October 2019 00:16 UTC

Menengok Pembangunan Rumah Tahan Gempa di Lombok

SAMA. Rumah tahan gempa milik warga terdampak gempa Lombok 2018 terlihat sama seperti pada umumnya, yang membedakan adalah struktur bangunannya. Foto: baehaqi Almutoif.

JATIMNET.COM, Lombok Tengah – 29 Juli 2018 tidak akan pernah dilupakan warga yang tinggal di Pulau Lombok. Gempa bermagnitudo 6,9 memorak-porandakan nyaris seluruh kota Mataram. Puncaknya terjadi pada 5 Agustus 2018, gempa susulan bermanginutdo 7,0 menjadikan sejarah gempa terbesar di wilayah tersebut.

Gempa yang dakibatkan pergerakan sesar naik Flores itu menyebabkan puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggal, fasilitas umum rusak parah, seluruh transportasi lumpuh, dan pasokan makanan tersendat.

Pemerintah bergerak cepat memulihkan Pulau Lombok. Rumah-rumah dibangun dengan struktur tahan gempa, atau lebih tepatnya mampu menahan guncangan.

“Sebenarnya rumah tahan gempa, bukan rumah yang tahan gempa sama sekali. Tapi rumah yang bisa memberi kesempatan penghuninya keluar saat terjadi gempa,” ujar Ketua Kelompok Fasilitator BNPB Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Tengah, Setiawati, Kamis 17 Oktober 2019.

BACA JUGA: Laut Selatan Jatim Diguncang Gempa Tujuh Kali Sejak Agustus

Rumah tahan gempa ini strukturnya berbeda dengan yang dibangun sebelumnya. Pondasinya diberi besi 12 milimeter untuk memperkuat struktur bangunan. Kemudian diikat dengan anchor.

BNPB mengklaim, rumah dengan struktur ini dapat menahan lebih lama ketika terjadi gempa. “Walaupun skala magnitudonya hanya 5,0 pada skala richter, kalau guncangannya lama, roboh juga,” ungkapnya.

Pembangunan rumah terdampak gempa sudah mencapai 80 persen. Hingga akhir tahun ditargetkan seluruh pemulihan pasca gempa usai. Setiap rumah mendapat anggaran Rp 50 juta untuk dibangun kembali.

Pemulihan kembali pasca gempa Lombok ini bisa ditiru Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Khususnya wilayah yang dilintasi sesar Kendeng. Berdasarkan catatan LIPI, sesar Kendeng membentang dari Cirebon hingga Surabaya.

BACA JUGA: Begini Spesifikasi Huntara ala ITS Surabaya untuk Korban Gempa Lombok

Sebelumnya, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kesiapsiagaan terhadap bencana, seperti gempa perlu ditindaklanjuti. Bukan untuk memberikan rasa khawatir, melainkan untuk siap siaga.

Salah satu bukti adalah dua gempa yang berada di 58 km barat laut Tuban pada 19 September 2019 silam. Gempa pertama bermagnitudo 5,6, berselang 30 menit kemudian bermagnitudo 6,0.

“Penelitian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan ada dorongan tanah dari bawah yang teridentifikasi. Ini warning agar siap siaga,” kata Khofifah, Senin 2 September 2019.

Begitu juga dengan penelitian dosen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil Lingkungan dan Kebumian, ITS Surabaya, Amien Widodo melalui intisarionline yang menyebutkan sesar naik Kendeng menyebabkan pergeseran lapisan tanah sekitar dua meteran di sekitar Wringinanom, Gresik.