Jumat, 04 March 2022 05:20 UTC
SAPI TUNGGANG. Sudirman, 41 tahun, menuggangi sapi PO yang dirawat dan dilatihnya sebagai hewan tunggangan di jalan raya maupun jalan kampung di Desa/Kec. Dawarblandong, Kab. Mojokerto, Jumat, 4 Maret 2022. Foto: Karina Norhadini
JATIMNET.COM, Mojokerto – Umumnya kuda adalah hewan tunggangan karena bisa berjalan cepat dan kuat. Namun selain kuda, masyarakat juga ada yang memanfaatkan sapi sebagai tunggangan. Di Dusun Suru Kidul, Desa Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, dua ekor sapi Peranakan Ongole (PO) dijadikan tunggangan di jalan raya maupun melintasi hutan.
Sapi PO sering disebut sebagai sapi lokal atau sapi Jawa atau sapi putih. Sapi PO merupakan hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih.
Di tangan Sudirman, 41 tahun, yang biasa dipanggil Cak Sudir ini, sapi-sapi yang beratnya mencapai ratusan kilogram itu bisa ditaklukan dalam hitungan bulan. Bahkan, acapkali kedua hewan ternak ini diajak berjalan-jalan di jalan raya lintas Mojokerto-Gresik hingga ke tempat wisata.
Sangking sayangnya pada sapi, Sudir memberi nama sapi miliknya maupun sapi orang lain yang sedang dilatihnya untuk ditunggangi.
Joni, sapi dengan berat 400 kilogram ini dilatih hingga jinak dan penurut dalam jangka waktu enam bulan. Sedangkan, Compreng, sapi dengan berat 320 kilogram yang dititipkan warga untuk dilatih dan ditunggangi, hanya diajari dalam satu bulan.
Kini, kedua sapi hasil persilangan ini seringkali ditunggangi pria lulusan Madrasah Ibtidaiyah (MI) ini ke warung kopi meski hanya sekedar untuk menikmati secangkir kopi dan penghilang rasa kantuk.
BACA JUGA: Inseminasi Buatan Sapi Jatim Lampaui Target
"Kalau enggak diajak jalan-jalan protes malah. Kayak ngamuk gitu, tali tambangnya ditarik-tarik pas malam. Terus ngeluarin suara keras, tanda dia minta keliling. Mau enggak mau tetap jalan," ucap Sudir sembari mempersiapkan peralatan sapi tunggangnya.
Berbagai aksesoris pun dipersiapkan Cak Sudir usai mengikuti kontes di pasar hewan Balongpanggang, Gresik, Kamis, 3 Maret 2022. Persis seperti kuda, satu set pelana peruntukan sapi tunggang pun disiapkannya.
Dipasangkannya satu persatu secara perlahan layaknya seorang ayah yang memakaikan pakaian ke anaknya sebelum berjalan-jalan. "Sebelumnya harus dipasang dulu aksesorisnya biar enggak sakit pas ditunggangi. Biar gagah juga, sama kayak kuda gitu. Cuman ini kaki Jon sama Compreng belum saya kasih pelana," ujarnya sembari tersenyum.
Bagi suami Sulastri, 40 tahun, ini tak ada kesulitan dalam perawatan sapi tunggang. Makannya sama dengan sapi-sapi peliharaan lainnya. Diberi makan konsentrat tiga kali sehari dan juga dimandikan. Terlebih, Cak Sudir sudah hampir 14 tahun berkecimpung di dunia perawatan sapi.
BACA JUGA: Iduladha, Sapi Ongole Bobot 1 Ton Milik Peternak Gresik Terjual ke Presiden Jokowi
Hanya saja, ada sentuhan emosional dari hati Cak Sudir dalam perawatan yang memberlakukan sapi-sapinya seperti manusia. Belaian tangan diberikan setiap harinya pukul 21.00 WIB malam sebelum beristirahat.
"Kaya anak gitulah, malam sebelum istirahat pasti saya elus-elus dulu. Semuanya dari hati, ini saya masih usaha supaya bisa naik dari arah kepalanya. Tinggal itu saja yang belum," katanya.
Meski begitu, ia enggan menjual Jon, walau sempat ditawar pengendara saat melintas di jalan raya lintas Mojokerto-Gresik hingga nominal harga Rp35 juta. Namun, dirinya tak menutup kemungkinan ke depan akan menyediakan jasa menunggang sapi di tempat tinggalnya.
"Sempat ada yang nawar. Mau dibeli pas saya ajak jalan-jalan. Ada mobil HRV berhenti, terus ngajak ngopi sambil nawar. Tapi tetap saya enggak kasih. Gimana yah ini kesayangan saya. Apalagi baru ikut kontes satu tahunan ini," ujarnya yang membeli Joni dengan harga Rp20 juta.