Jumat, 19 July 2019 10:35 UTC
ANYAMAN BAMBU: Pekerja kerajinan anyaman bambu di Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi mengecat produk oleh-oleh anyaman bambu. Foto: Ahmad Suudi.
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bidang pariwisata sebagai upaya menghadapi pelemahan ekonomi global. Pasalnya dalam kondisi tertekan, banyak negara mengurangi impor produk dari Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir, mengatakan pariwisata berpeluang menggerakkan perkonomian dalam negeri. Salah satu daerah yang menyerap KUR pariwisata adalah Banyuwangi.
"Harapan kita di tengah kondisi global yang lemah seperti sekarang, kondisi ekonomi nasional harus kita tingkatkan. Dan itu salah satu untuk mendorong ekonomi, adalah pariwisata," kata Iskandar, di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Jumat 19 Juli 2019.
BACA JUGA: Berikut Lima Even Memukau di Jatim Setelah Eksotika Bromo
Tahun ini pihaknya menyediakan plafon KUR senilai Rp 140 triliun, dengan bunga 7 persen, yang disediakan untuk pertanian, perkebunan, peternakan dan pariwisata. Kementerian tidak membagi plafon pada masing-masing sektor, melainkan menjadi plafon umum KUR yang akan disalurkan.
Namun targetnya penyalurannya sejumlah KUR tersebut tahun ini, 60 persen diperuntukkan usaha produksi dan 40 persen untuk perdagangan. Di bidang pariwisata, kegiatan produksi meliputi pembuatan souvenir, homestay, kuliner, oleh-oleh dan kerajinan.
"Untuk mengumpulkan devisa kalau ekspor berat tuh, karena kan semua negara mengalami tekanan barang. China aja turun triwulan kedua," kata Iskandar lagi.
KUR MURAH: Sekretaris Kementerian Koordinasi Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan KUR yang murah pada masyarakat, terutama untuk sektor produksi. Foto: Ahmad Suudi.
Dari laman resmi Kementerian Perdagangan, ekspor dan impor Indonesia mengalami defisit USD 1,94 milyar, selama Januari hingga Juni tahun 2019. Pada bulan Juni juga, ekspor naik hingga surplus USD 0,20 milyar.
Beratnya mengangkat ekspor untuk mengeruk devisa membuat Menko Perekonomian berupaya menggerakkan ekonomi dari sektor pariwisata. Spending money atau uang yang dihabiskan wisatawan mancanegara ataupun domestik, saat berkunjung, diharapkan mampu menggerakkan perekonomian di luar ekspor - impor.
Sementara di laman resmi Kementerian Pariwisata, Menteri Pariwisata Arief Yahya, mengatakan target tahun ini, pariwisata menghasilkan devisa lebih tinggi dari ekspor minyak sawit (CPO) yang sebelumnya selalu menjadi penghasil devisa tertinggi. Diperkirakan tahun ini Indonesia dikunjungi 18 juta wisman dengan perolehan devisa sebesar USD 17,6 miliar hingga USD 18 miliar.
Sejak ditetapkan pada September 2018 hingga Juni 2019, KUR pariwisata tercatat telah disalurkan sebesar Rp 21,7 triliun kepada 1,1 juta debitur secara nasional. Jumlah itu 5,3 persen dari semua KUR yang disalurkan dalam periode yang sama.
BACA JUGA: Menpar Proyeksikan Devisa Pariwisata Akan Tembus Rp 260 Triliun
Di Banyuwangi, KUR pariwisata juga telah tersalurkan sebesar Rp 657 miliar kepada 26 ribu debitur. Tak hanya Himpunan Bank Negara (Himbara) bank komersial dan lembaga pembiayaan bisa menyalurkan KUR itu kepada usaha mikro dengan pinjaman maksimal Rp 25 juta, dan usaha kecil dengan pinjaman maksimal Rp 500 juta.
Sekretaris Kementerian Koordinasi Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan KUR dihadirkan pemerintah pada masyarakat yang ingin punya usaha tapi belum memiliki akses permodalan. Menurutnya bunga 7 persen yang diberlakukan sangat rendah bagi petani, peternak, maupun pengusaha di sektor pariwisata.
"Pada intinya melalui KUR ini kami ingin memberikan KUR yang murah pada masyarakat, terutama untuk sektor produksi," kata Susiwijono.