Minggu, 25 August 2019 01:39 UTC
Ilustrasi: Gilas Audi.
JATIMNET.COM, Surabaya – Sebanyak 40 warga yang bermukim di kawasan transmigrasi lokal (translok) Desa Blang Lango, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, mengungsi ke Desa Sawang Manee setelah kawasan tersebut diamuk gajah pada Sabtu 24 Agustus 2019 tengah malam.
“Lahan kebun kelapa sawit dan tanaman pisang yang dirusak kawanan gajah, luas lahan yang rusak sementara mencapai 15 hektare,” kata Kepala Desa Blang Lango, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Oediyantri di Suka Makmue, dikutip Antara melalui Suara.com.
Menurutnya, serangan gajah yang diperkirakan berjumlah lima ekor tersebut sudah terjadi sejak hampir satu pekan terakhir. Ini memaksa sebagian warga tidak menetap di lokasi trasmigrasi karena khawatir keselamatan mereka.
Hingga Sabtu jelang dini hari, kawanan gajah masih berada di pemukiman warga di kawasan transmigrasi. Kawanan ini masih berkeliaran sambil merusak tanaman milik masyarakat setempat.
BACA JUGA: 12 Gajah Masuk Pemukiman, Warga Nagan Raya Aceh Tunggu BKSDA
“Kami bersyukur tidak ada korban, meskipun harta benda masyarakat jadi korban,” sebut Oediyantri.
Ia mengakui serangan satwa liar yang terjadi di daerah tersebut sudah sering terjadi. Bahkan sampai saat ini belum ada penanganan dari Pemkab Nagan Raya, Aceh maupun pihak terkait, untuk mengatasi gangguan satwa liar.
Sementara dari laporan terkini, sebanyak 12 gajah liar hingga Sabtu sore masih berkeliaran di kawasan transmigrasi lokal (translok) Desa Blang Lango, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh.
Akibatnya, masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut ketakutan menempati rumahnya. Sebab kawanan satwa liar ini masih merusak aneka palawija dan tanaman di perkebunan milik masyarakat.
BACA JUGA: BKSDA Aceh Usir Gajah dari Pemukiman Warga
“Sampai saat ini warga masih takut tidur di rumah transmigrasi karena pada malam hari, gajah-gajah tersebut berkeliaran di pemukiman warga,” kata Oediyantri seperti dikutip Antara.
Tidak hanya itu, kawanan gajah juga merusak lahan seluas 15 hektare tanaman kelapa sawit dan tanaman pisang milik warga setempat.
Menurutnya, saat malam hari puluhan warga setempat terpaksa turun ke desa lain atau berkumpul di pondok untuk menghindari gangguan gajah.
Hal ini disebabkan karena belasan ekor gajah liar tersebut berada di permukiman warga sambil memakan aneka tanaman di kebun di samping rumah. “Kami tidak tahu ke mana mengadu, gangguan gajah liar benar-benar membuat resah," katanya.