Sabtu, 23 February 2019 00:25 UTC
Foto: DOK
JATIMNET.COM, Surabaya - Jaringan Indonesia Positif (JIP) menyebutkan banyak Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) menerima perlakukan diskriminatif di lingkungan masyarakat. Perlu peran media untuk turut membantu mengubah stigma tentang ODHA.
"Diskrimnasi menyebabkan para pengidap HIV AIDS merasa putus asa dan tersingkir dari kehidupan masyarakat," kata JIP Focal Info Surabaya, Setia Budianto usai acara diskusi Meminimalisir Stigma dan Diskriminasi ODHA di Co-Working Satu Atap, Jumat 22 Februari 2019.
Menurut Budi, dibutuhkan peran media yang bisa memuat informasi dan mengedukasi masyarakat sehingga pada akhirnya meminimalkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
BACA JUGA: Fakta dan Mitos Seputar HIV/AIDS
Ia mengatakan media kerap kali memuat isu tentang HIV AIDS dari perspektif negatif yang kemudian berdampak buruk pada ODHA, baik pada psikologis maupun mentalnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Mahameru Farid Hafifi mengungkapkan selama melakukan pendampingan terhadap ODHA, banyak yang merasa menerima petrlakukan diskriminasi. Dan itu membuat ODHA tidak percaya diri dalam berinteraksi sosial.
Hal tersebut salah satunya karena banyaknya pemberitaan yang menyudutkan dan menggambarkan kesan negatif pada pengidap ODHA.
"Kami berharap agar media tidak memuat berita yang menggiring masyarakat untuk mendiskriminasi ODHA atau menggambarkan bahwa ODHA harus dijauhi," katanya.
BACA JUGA: Gali Informasi Seputar HIV/AIDS Lewat Aplikasi “Tanya Marlo”
Ada sebagian masyarakat melahap mentah-mentah cerita tentang ODHA yang dimuat di media sehingga kemudian ikut terpengaruh mendiskriminasi ODHA.
Farid mencontohkan salah satu kasus yang terjadi, yaitu seseorang yang bekerja di suatu perusahaan dikabarkan mengidap HIV AIDS. Ia kemudian mendapatkan tekanan dan diskriminatif di lingkungannya. "Karena hal tersebut orang ini mengundurkan diri dari kantornya," kata Farid.
Farid berharap media dapat ikut membantu mengedukasikan dengan benar dengan menyuguhkan perspektif atau topik yang detail serta dalam posisi yang tidak menyudutkan ODHA. "Misalnya, edukasi bahwa penularan oleh ODHA ini bukan dari berjabat-tangan atau jalan berdampingan," katanya.
Pemahaman itu juga bertujuan agar ODHA bisa dengan bebas mendapatkan hak untuk berobat. Karena, selama ini dengan sikap diskriminasi, banyak pengidap HIV AIDS yang akhirnya menutupi identitasnya dan tidak mengakui jika mereka ODHA, bahkan memutuskan untuk tidak berobat.
BACA JUGA: Surabaya Peringkat Pertama Jumlah Kasus HIV/AIDS
"Jadi perlu ditekankan bahwa HIV AIDS itu tentang kesehatan, bukan tentang perilaku saja. Itu yang penting," katanya.
Soal ODHA sudah diatur dalam UU Kesehatan, Perda Jatim No. 12 Tahun 2018 yang menyebutkan dengan jelas jika tidak boleh memecat, dan lain-lain. Tapi kemudian implementasinya banyak masyarakat maupun pemerintah tidak menerapkan langsung.
"Itu yang menjadi kekhawatiran kami. Ya, meskipun sudah ada juga yang bisa menghargai dan menerima ODHA. Namun banyak juga yang belum menerima," katanya.