Logo

Jaket Untuk Bocah Gaza Kala Cuaca Ekstrem Menyergap

Reporter:

Rabu, 20 February 2019 10:28 UTC

Jaket Untuk Bocah Gaza Kala Cuaca Ekstrem Menyergap

Bantuan jaket untuk bocah-bocah Gaza, Foto: ACT

JATIMNET.COM, Gaza - Cuaca ekstrem melanda wilayah Gaza di awal tahun 2019. Laporan Departemen Meteorologi Palestina, wilayah Negeri Syam itu diselimuti suhu dingin hingga 12 sampai 10 derajar celcius. Kondisi ini sudah terjadi sejak akhir Desember 2018, dan masih terjadi hingga pertengahan Februari 2019.

Sebelumnya, warga Gaza sudah diperingatan soal kondisi cuaca dingin ekstrem ini. Hujan disertai badai bakal terjadi selama beberapa waktu di wilayah yang dilanda konflik panjang tersebut. Potensi banjir diramalkan oleh Departemen Meorologi bakal terjadi di sejumlah titik. Cuaca seperti itu membuat warga Palestina semakin membutuhkan pasokan logistik, terutama bantuan yang bisa menghalau hawa dingin maupun kemungkinan banjir.

Oleh sebab itu, selama musim dingin tersebut Aksi Cepat Tanggap (ACT) secara berkelanjutan menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan warga Palestina. Akhir Januari lalu, 425 jaket hangat dibagikan ke anak-anak Palestina yang tinggal di sekitaran Kota Gaza, seperti Shejaiya, Khan Younis, dan Beit Lahia. Ratusan jaket hangat tersebut seketika membuat ceria anak-anak Gaza yang menerimanya.

BACA JUGA: Krisis Kemanusiaan Masih Membelenggu Palestina

Andi Noor Faradiba dari Tim Global Humanity Response (GHR) - ACT mengatakan, bantuan jaket hangat ini diberikan kepada anak-anak yatim dan berkebutuhan khusus. "Banyak anak-anak yang harus merasakan udara dingin setiap kali ke sekolah karena tidak memiliki jaket yang memadai. Alhamdulillah, jaket yang diberikan pada akhir Januari lalu bermanfaat hingga kini, di tengah cuaca Gaza yang saat ini sedang menurun," katanya Faradiba, Senin 18 Februari 2019.

Mariam, salah satu anak berkebutuhan khusus yang juga yatim, merasa senang mendapatkan jaket hangat untuk melewati musim dingin yang berat tahun ini. Ibunya tak bisa membelikan baju hangat akibat kondisi perekonomian keluarga yang tidak memungkinkan. "Aku merasa senang sekali. Terima kasih ACT," kata Mariam.

Musim dingin di Palestina sudah mulai terasa sejak akhir 2018 lalu, tepatnya di sekitar bulan Oktober dan November. Menjelang 2019, suhu udara terpantau terus turun. Sampai saat ini sudah tercatat puluhan orang meninggal dunia.

Selain orang dewasa, tercatat juga anak-anak menjadi korban musim dingin di tengah blokade yang berkepanjangan. Peringatan malnutrisi sudah diberikan kepada anak-anak sekolah. Mereka amat rentan kekurangan gizi akibat kurangnya sarapan sebelum sekolah.

Tak hanya manusia, dari laporan Al Jazeera pada pertengahan Januari lalu empat anak singa mati di Kebun Bintang Gaza. Empat hewan itu mati setelah satu hari dilahirkan. Mereka tidak tertolong setelah badai merobek pelindung kandang hangat mereka. Tim Kebun Binatang Gaza Fathy Joma menjelaskan, tak bisa menyelamatkan hewan yang mulai langka itu karena tidak memiliki persediaan obat yang memadai pascablokade oleh Israel belasan tahun lalu.