Sabtu, 01 December 2018 23:58 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Malang – Bank Indonesia (BI) Malang mendorong pertumbuhan dan pengembangan keuangan menuju ekonomi syariah. Indikator rendahnya pertumbuhan ekonomi syariah di antaranya pada sektor keuangan yang masih di peringkat 10. Sedangkan sektor usaha fashion syariah, Indonesia masih berada di peringkat delapan.
“Pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia masih rendah. Masih banyak hal yang harus ditingkatkan, salh satunya adalah ISEF untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia," kata Deputi Kepala Perwakilan Bidang Ekonomi dan Keuangan BI Malang Jaka Setyawan, 1 Desember 2018.
Itu sebabnya BI Malang menggelar Road to Indonesia Shari a Economic Festival (ISEF) 2018 di Malang Town Square 1-2 Desember 2018.
"Saat ini kita masih menjadi konsumen terbesar, sehingga posisi Indonesia masih belum menjadi pemain kunci dalam ekonomi syariah global, padahal negara-negara yang kaum muslimnya minoritas justru menjadi mesin penggerak ekonomi syariah global, seperti Inggris, Cina, Korea, dan Jepang,” tuturnya.
Menurutnya, Indonesia sudah waktunya lebih serius mengembangkan ekonomi dan perbankan syariah, apalagi Indonesia memiliki Komite Nasional Ekonomi Syariah.
"Ekonomi syariah sangat potensial dan menjanjikan keadilan. Sebab dalam ekonomi syariah ada pertumbuhan yang seimbang, mengandung unsur keadilan sehingga tak ada penumpukan dana pada pihak tertentu saja," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, ada tiga pilar yang harus dikembangkan agar ekonomi dan keuangan syariah tumbuh dengan baik, yakni pemberdayaan ekonomi syariah, pengembangan keuangan syariah dan penguatan struktur organisasi serta memanfaatkan digital teknologi.
Sementara itu, pertumbuhan pendanaan syariah di wilayah kerja BI Malang tercatat tumbuh 14,87 persen (yoy) atau sebesar Rp 4,99 triliun. Peningkatan pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit mendorong perlambatan finance to deposit ratio (FDR) secara keseluruhan menjadi 72,63 persen per Oktober 2018. Sedangkan pembiayaan syariah sampai Oktober 2018 tercatat Rp3,6 triliun atau meningkat 6,32 persen (yoy). (ant)