Jumat, 17 December 2021 02:20 UTC
Penampakan Gunung Semeru dari Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Foto : Zulkiflie/Dokumen
JATIMNET.COM, Probolinggo - Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, menaikkan status aktivitas vulkanologi Gunung Semeru yang sebelumnya waspada level II kini menjadi siaga level III.
Hal itu merujuk dari terbitnya surat Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengenai kondisi Gunung Berapi Semeru, bernomor 484/GL.5/BGL/2021 tertanggal 16 Desember 2021.
Dalam surat yang ditanda tangani Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono itu, disebutkan pada Kamis Tanggal 16 Desember 2021, terjadi luncuran awan panas pada pukul 09:01 WIB sejauh 4,5 km dari puncak.
Kejadian awan panas, terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 912 detik. Terjadi luncuran awan panas pada pukul 09:30 WIB, dimana terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi 395 detik.
Baca Juga: Gunung Semeru Kembali Erupsi, Terekam Dua Kali Kejadian Mengeluarkan APG
Namun secara visual tidak teramati, karena Gunung Api Semeru tertutup kabut. Terjadi luncuran awan panas pada pukul 15:42 WIB sejauh 4,5 km, dari puncak. Kejadian awan panas tersebut, terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 400 detik.
Untuk kegempaan didominasi oleh gempa Letusan, Hembusan dan Guguran dengan jumlah gempa guguran meningkat dalam tiga hari terakhir sebanyak 15-73 kejadian per hari dari rata-rata 8 kejadian per hari sejak tanggal 1 Desember 2021.
Gempa Vulkanik dalam dan Tremor Harmonik terjadi dalam jumlah yang tidak signifikan. Aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi dikarenakan adanya endapan aliran lava (lidah lava) dengan panjang aliran ± 2 km dari pusat erupsi.
Aliran lava tersebut masih belum stabil dan berpotensi longsor terutama di bagian ujung alirannya, sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran.
Baca Juga: Satu Keluarga Terpendam, Petugas Temukan Tiga dari Tujuh Korban APG Semeru
Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Api Semeru.
Didukung data dari BMKG diperkirakan musim hujan masih akan berlangsung selama 3 bulan kedepan. Secondary explosion juga berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai apabila luncuran awan panas yang terjadi masuk/kontak dengan air sungai.
Sementara dalam isi surat, Eko Budi Lelono menyebut, kenaikan status aktivitas vulkanologi Gunung Semeru berlaku sejak 16 Desember 2021, sekitar pukul 23.00 WIB. "Kenaikan status dipicu aktivitas vulkanologi Gunung Api Semeru yang masih tinggi dan telah terjadi peningkatan jarak luncur awan panas guguran, serta aliran lava," tulisnya.
Baca Juga: Operasi SAR Erupsi Gunung Semeru Ditutup
Sehubungan kenaikan tingkat aktivitas Gunung Api Semeru, masyarakat diimbau mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak. Tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
