Rabu, 11 December 2019 08:56 UTC
JAGONGAN. Pedagang di pasar tradisional Gresik memilih mendiskusikan nasib toko mereka akibat sepinya pembeli dalam dua tahun terakhir. Foto: Agus Salim Lutfi.
JATIMNET.COM, Gresik – Pedagang di Pasar Kota Gresik mulai mengeluhkan minimnya pembeli dalam dua tahun terakhir. Kondisi pasar jauh lebih lengang meskipun sudah siang.
“Sepi sekali tahun ini, lebih sepi dari tahun-tahun sebelumnya, hampir tidak ada perputaran uang,” kata Yetty, salah satu pedagang pakaian yang dijumpai, Rabu 11 Desember 2019.
Menurutnya, tahun-tahun sebelumnya sulit bisa berjualan di lorong pasar. Namun pemandangan dalam dua tahun terakhir ini jauh berbeda. Banyak pedagang yang memiliki lelucon, yakni menjadikan lorong pasar untuk berlari.
Salah satu penyebab sepinya pasar tradisional di Gresik adalah gempuran belanja daring atau online. Pembeli lebih memilih berbelanja melalui smartphone atau PC, meskipun secara kualitas tidak jauh berbeda.
BACA JUGA: Pengamen Gresik Sukses Menuju Kuliner Pentol Seafood
“Sebenarnya berbelanja online memang lebih praktis dan mudah. Tapi rawan penipuan, karena kualitasnya meragukan dan kerap barang yang diterima tidak sesuai harapan,” Yetty menambahkan.
Hal senada disampaikan Zainul. Pemilik stand sepatu di Pasar Kota Gresik itu juga mengaku omzetnya turun drastis dalam dua tahun terakhir ini. Tumpukan sepatu miliknya nyaris tidak berubah susunannya akibat tidak ada yang terjual.
Ia mengakui berdirinya beberapa mall dan toko modern di Gresik memengaruhi pembeli datang ke pasar tradisional. “Sepertinya masyarakat lebih suka belanja di mall,” kata Zainul.
Pria dua anak ini menambahkan bahwa dua tahun sebelumnya toko sepatunya kerap dikerumuni pembeli sejak pagi hingga sore. Bahkan pengunjung yang sekedar melihat-lihat dan menawar masih terlihat.
BACA JUGA: Forkot Minta Kejari Gresik Serius Tangani Dugaan Korupsi BPPKAD
"Dua tahun lalu saya bisa mendapatkan Rp 2-Rp 3 juta dalam sehari. Tahun ini wes ga onok sing tuku (tidak ada yang membeli),” jelas Zainul.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II DPRD Gresik Muhammad Syahrul Munir menilai sepinya pasar tradisional akibat pengaruh era yang telah berubah. Kehadiran toko online dan ekonomi kreatif telah menjadi kompetitor paling berat.
“Kami akan melihat pasar tradisional di Gresik. Selanjutnya dijadikan data untuk didiskusikan dengan Diskoperindag (Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan) untuk mencari solusi. Kalau banyak yang tutup pendapatan daerah bisa menurun," katanya.
Menurutnya, pemerintah harus memikirkan hal ini. Di mana gempuran toko online yang semakin banyak mempersempit pedagang di pasar tradisional. Kondisi ini diperparah kehadiran mall maupun toko modern.
