Sabtu, 28 March 2020 02:25 UTC
BATAL BENTROK. Pertemuan Persebaya melawan tuan rumah Persija musim komeptisi 2020 urung terlaksana setelah tidak mendapat rekomendasi dari panpel akibat akibat wabah covid-19. PSSI menghentikan Liga 1 dan 2 hingga Juni 2020. Foto: Persebaya.id
JATIMNET.COM, Surabaya – Kompetisi sepak bola nasional di dua level. Liga 1 dan Liga 2 untuk sementara dihentikan akibat force majeure yang disebabkan wabah virus corona.
Dasar dari penghentian itu adalah SKEP/48/III/2020 tertanggal 27 Maret 2020 yang ditandatangani Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan. Surat tersebut dikeluarkan setelah mendapat arahan dari Presiden Jokowi, Maklumat Kapolri, Surat Keputusan BNPB tentang perpanjangan status darurat bencana wabah virus corona.
Selain itu, masukan dan saran dari Komite Eksekutif (Exco) PSSI, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku pengelola kompetisi, dan klub peserta Liga 1 maupun Liga 2. Adapun penghentian kompetisi ini baru memasuki matchday ketiga, adapun Persebaya dan Persija baru melakoni dua pertandingan.
BACA JUGA: PSSI Hentikan Kompetisi Nasional
“Saya selaku Ketua Umum PSSI memutuskan, bahwa bulan Maret, April, Mei dan Juni adalah darurat bencana terkait covid-19 di Indonesia. Status ini disebut keadaan kahar atau force majeure,” kata Mochamad Iriawan, dalam keterangan resmi yang diterima Jatimnet.com, Sabtu 28 Maret 2020.
Namun, apabila pemerintah memperpanjang status darurat bencana setelah 29 Mei dan PSSI memandang belum cukup ideal untuk melanjutkan kompetisi, maka Liga 1 dan Liga 2 musim ini akan dihentikan.
“Hal-hal terkait teknis, termasuk penjadwalan, sistem dan format kompetisi, kewajiban klub pada pihak ketiga, promosi dan degradasi, akan saya atur kemudian pada surat keputusan terpisah,” lanjut perwira tinggi Polri itu.
BACA JUGA: Inspeksi Stadion GBT untuk Piala Dunia U-20, Ini Respons Ketua Umum PSSI
Penghentian akibat darurat bencana atau force majeure bukan kali pertama dilakukan PSSI. Otoritas sepak bola nasional itu pernah menghentikan kompetisi akibat gempa tektonik yang melanda DI Yogyakarta dan sekitarnya pada 27 Mei 2006.
Gempa dengan magnitudo 6,2 SR dalam catatan United State Geological Survey (USGS) itu merusakkan sejumlah infrastruktur negara. Bandara Adi Sutjipto ditutup, Ambraukmo Plaza rusak, GOR Among Rogo rusak parah, Candi Prambanan, kompleks makam raja-raja di Imogiri rusak dan beberapa fasilitas tidak berfungsi.
Persiba Bantul tidak sanggup meneruskan kompetisi. Selanjutnya Ketua Umum PSSI (saat itu) Nurdin Halid memutuskan penghentian kompetisi. Penghentian kompetisi ini memberi berkah bagi Deltras Sidoarjo lolos jeratan degradasi.