Kamis, 21 March 2019 08:09 UTC
SINERGI: Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan,Kementan Pertanian Sujarwanto berupaya mendorong ekspor agro ke sejumlah negara. Foto Baehaqi Almutoif.
JATIMNET.COM, Surabaya – Sektor agrikultura menjadi penyumbang 13 persen atau tiga terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2019, dari sisi sumbangan devisa asal ekspor non migas Jatim menduduki peringkat kedua setelah Jawa Barat yakni sebesar 11,38 persen dari total nilai ekspor pada periode Januari-Februari 2019.
“Sebagai komoditas wajib lapor karantina pertanian, dengan potensi strategis ini kami melakukan percepatan layanan agar produk unggulan ini dapat diterima negara mitra dagang,” kata Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Sujarwanto, di sela pelepasan ekspor komoditas pertanian senilai Rp 28,174 miliar di Terminal Petikemas Surabaya, Kamis 21 Maret 2019.
Kementerian Pertanian RI melalui Barantan melakukan sinergi dengan Pemprov Jatim dalam percepatan layanan ekspor produk pertanian. Pelepasan kali ini berupa komoditas tumbuhan yaitu 60,231 M3 plywood ke Singapura, 19,1 ton kopi ke Belgia, 22,5 ton kg gagang cengkeh ke Kanada, dan 81 ton margarin ke Ghana.
BACA JUGA: Jatim Ekspor Daun Kelor ke Korsel Rp 13 Miliar
Ekspor juga dilakukan pada komoditas hewan dan produk hewan yakni 25,5 ton susu ke Malaysia, 140 ton premix ke Spanyol, 19 Ton sterilized kenaf core dry ke Jepang, 34 ton bulu bebek ke Taiwan, 130 ton calcium salt ke Barcelona, dan 300 kg sarang burung walet (SBW) ke Hong Kong. Sujarwanto menambahkan, diperlukan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan untuk mendongkrak ekspor.
Berdasarkan data dari sistem otomasi Badan Karantina Pertanian, sepanjang Tahun 2018 telah diterbitkan 40.036 sertifikat kesehatan karantina. Masing-masing terdiri dari 34.279 sertifikat karantina tumbuhan (phytosanitary certificate/ PC) dan 5.757 sertifikat karantina hewan (health certificate/HC). Sertifikat ini dikeluarkan setelah dilakukan serangkaian tindakan oleh petugas karantina guna memenuhi persyaratan mitra dagang.
Adapun total nilai ekspor komoditas pertanian tahun 2018 sebesar Rp 44.036 triliun, yang terdiri atas komoditas tumbuhan Rp 32,9 triliun dan komoditas hewan serta produk hewan Rp 11,136 triliun.
BACA JUGA: Ekspor Kopi di Aceh Melesat Tajam
Komoditas ekspor tumbuhan didominasi CPO, kopi, lada, tembakau, cengkih dan kakao. Sedangkan komoditas hewan dan produk hewan didominasi oleh SBW, susu dan produk olahannya, bulu dan produk olahannya, dried specimens, domba potong, ular jali, pakan hewan ternak, kulit kadi, premix, dan serangga hidup, tambah Sujarwanto.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Surabaya, Mussayafak Fauzi menjelaskan bahwa wilayah kerjanya sepanjang tri semester pertama tahun 2019 telah menerbitkan 9.468 sertifikat kesehatan karantina yang terdiri dari 8.339 PC ke-93 negara dan 1.129 HC ke-39 negara.
Masing-masing dengan total nilai ekspor Rp 10,8 triliun yang terdiri dari asal komoditas tumbuhan menyumbang Rp 8,95 triliun, sedangkan hewan dan produk hewan Rp 1,88 triliun.
“Tahun 2018, ekspor tertinggi produk agro adalah tembakau. Sedangkan tahun 2019 ini apabila berdasarkan nilai ekonomi tertinggi adalah kayu, meskipun volume tembakau tetap menduduki peringkat teratas,” ujar Mussafak Fauzi.
BACA JUGA: Ekspor Jatim Didominasi Produk Pertanian
Kepala Karantina Pertanian Surabaya menambahkan satu komoditas unggulan yang emerging adalah SBW. Produk ini menempati urutan pertama dari sisi jumlah dan nilai ekonomi baik pada 2018 maupun 2019.
Pada triwulan pertama 2019, ekspor SBW asal Jatim mencapai 4.923, 5 ton dengan nilai Rp 1,8 triliun. SBW Jatim telah diterima di 12 negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Australia, Cina, Denmark, Hong Kong, Jepang, Kanada, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Gubernur Provinsi Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang hadir dan melepas ekspor mengapresiasi dan mendukung upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian melalui Barantan.
Dukung dan dorong ekspor komoditas pertanian Jawa Timur dengan merapatkan barisan serta bersinergi dengan instansi terkait. Karena Jawa Timur memiliki potensi yang besar di sektor pertanian dan memiliki peluang untuk meraup devisa negara dari ekspor non migas ini.