Kamis, 28 November 2019 06:49 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Mojokerto - Dalam kurun waktu 23 bulan, Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Mojokerto telah ungkap lima kasus. Dengan hasil mengamankan barang bukti berupa narkoba jenis sabu seberat 525,74 gram dan 1.053 butir ekstasi.
Barang bukti lainnya berupa satu unit kendaraan roda empat, satu unit motor, enam ponsel, dan uang sebesar Rp 2.080.000, serta menangkap enam orang tersangka yang ditangkap kena operasi lidik sidik dari berkas kasus yang digelar BNNK. Rinciannya, tahun 2018 terdapat tiga kasus empat tersangka, sedangkan 2019 dua tersangka dari dua kasus.
Dari hasil ungkap kasus tersebut yang menarik di tahun 2019, karena barang buktinya cukup besar dengan menangkap seorang bandar narkoba dan jaringannya. Yakni dengan tersangka Ahmad Fauzan alias Ali London dan Oei Bing Liang yang barang buktinya 523, 49 gram sabu, dan 1.053 butir eksatasi.
Kepala BNNK Mojokerto, AKP Suharsih, mengatakan, hasil ungkap kasus yang dilakukannya hampir dua tahun itu mengalami kenaikkan dalam jumlah barang bukti besar. Hal ini dikarenakan adanya penangkapan seorang bandar besar dan pengembangan jaringan yang masuk di Mojokerto, khususnya wilayah kota.
BACA JUGA: Tersangkut Korupsi, Mendagri Copot Bupati Mojokerto
"Jumlah barang bukti tahun ini (2019) cukup besar, karena penangkapan kami lebih kepada bandar besarnya dan jaringannya. Tapi, jumlah tersangkanya hanya sedikit," kata Suharsih, kepada jatimnet.com, Rabu 27 November 2019.
Dengan ungkap kasus yang cukup besar di tahun 2019, Suharsih menyampaikan kalau Kota Mojokerto ini memperlihatkan bisa dikatakan kondisi darurat narkoba di kalangan pelajar. Dari keterangan tersangka Ali London dan Oei Bing Liang, narkoba yang diedarkan lebih banyak di pelajar.
Bahkan, belum lama ini pihak BNNK Mojokerto mendapatkan informasi, pil double L maupun ekstasi dengan mudah didapat pelajar SMA bahkan SMP di Kota Mojokerto. Hal ini perlu dilakukan pengawasan, baik itu orang tua maupun sekolah.
"Saat ini yang dikhawatirkan memang masuknya narkotika jenis Pil double L dan ekstasi di kalangan pelajar khususnya SMP dan SMA. Harganya lebih murah dibandingkan jenis narkotika lain, untuk itu pengawasan orang tua dan pihak sekolah harus diperketat lagi," terang Suharsih.
BACA JUGA: Oknum Dokter Spesialis Berstatus PNS Mojokerto Diduga Lakukan Tindak Asusila
Untuk narkoba jenis sabu sendiri, lanjutnya, lebih banyak menyasar di kalangan pekerja. Seperti sopir truk, pekerja di dunia gemerlap malam maupun buruh kerja pabrik.
"Soalnya efek konsumsi sabu jadi workaholic, pekerja keraslah, gak tidur juga kuat dua sampai tiga hari. Jadi pengennya kerja terus, tapi kalaupun suka bersih-bersih atau bebenah itu ngawur suka-suka dia. Itu hanyalah asumsi atau sugesti saja," katanya.