Selasa, 25 February 2020 00:00 UTC
BMKG: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati segera memasang dua akselerograf, atau alat pemantau percepatan pergeseran tanah yang menandakan terjadinya gempa di Kota Surabaya. Foto: Baehaqi
JATIMNET.COM, Surabaya - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berencana segera memasang dua akselerograf, atau alat pemantau percepatan pergeseran tanah yang menandakan terjadinya gempa di Kota Surabaya.
Penambahan akselerograf ini merupakan permintaan dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Dengan adanya dua tambahan alat baru, total akselerograf yang ada di Jawa Timur menjadi 24 buah.
"Kami juga melakukan pemetaan mikrozonasi gempa bumi untuk mengetahui zona-zona mana, terutama di Surabaya, yang paling rentan mengalami getaran saat terjadi gempa bumi," kata Kepala BMKG Dwikorita usai bertemu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Senin 24 Februari 2020.
Hasil pemetaan mikrozonasi ini, kata Dwikorita, dapat diterapkan untuk menyempurnakan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) serta menyempurnakan standar bangunan tahan gempa bumi.
BACA JUGA: Terus Berbenah, Kebun Binatang Surabaya Kini Miliki Jogging Track dan Media Center
Selain menambah akselerograf, BMKG juga akan memasang empat sensor seismograf atau pendeteksi getaran gempa bumi lagi di sejumlah titik di Jatim. Tambahan alat tersebut, lanjutnya, bakal dipasang di Malang, Ponorogo, Pamekasan, dan Sumenep.
Empat alat ini akan melengkapi 28 seismograf yang telah terpasang di Jawa Timur. “Ini adalah bagian dari program BMKG. Program BMKG itu untuk memberikan layanan informasi cuaca, iklim, gempa bumi serta tsunami,” katanya.
Ia berharap pemasangan empat alat terbaru ini dapat mempercepat layanan informasi kegempaan kepada masyarakat. Semakin banyak alat yang terpasang, jaringan sensor getaran yang terdeteksi menjadi semakin rapat.
BMKG, kata Dwikorita, menargetkan informasi gempa dapat sampai ke masyarakat dalam waktu lima menit. Semakin cepat informasi, resiko korban bisa ditekan.
Dengan tambahan empat alat ini, ditargetkan informasi kegempaan yang tersampaikan ke masyarakat di Jatim bisa di bawah empat menit. "Dengan semakin cepatnya informasi tersampaikan ke pihak terkait seperti BPBD, mereka bisa segera merespons dan bisa segera menentukan tindakan evakuasi yang dibutuhkan," kata Dwikorita.