Kamis, 25 March 2021 14:20 UTC
#Kamis, 25 Maret 2021 #Foto: Rombongan DPR RI dan Dirjen KSDAE meninjau penangkaran banteng # Foto: Banteng Baluran #Hozaini
JATIMNET.COM, Situbondo – Komisi IV DPR RI dan Dirjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkunjung ke Taman Nasional (TN) Baluran, Kecamatan Banyuputih, Situbondo. Mereka ingin melihat langsung rencana Pemkab Situbondo yang ingin mengembangkan jalur wisata Merak-Baluran.
Selain melihat padang Savana Africa van Java, rombongan DPR RI dan Dirjen KSDAE melihat tempat penangkaran burung merak dan banteng. Mereka juga melepas tukik (anak penyu) ke laut dan menikmati suasana eksotik pantai Bama.
“Banteng harus dipertahankan karena itu ciri khas Taman Nasional Baluran di Situbondo. Setiap Taman Nasional memiliki ciri khas yang harus dilestarikan agar tidak punah. Itu mahal harganya,” kata Ketua Komisi IV DPR RI Sudin, Kamis, 25 Maret 2021.
BACA JUGA: Peneliti Gajah Sumatera dan Peneliti Banteng Baluran Berbagi Ilmu
Menurut politikus PDI Perjuangan itu, saat ini bangsa Indonesia belum punya museum konservasi. Oleh karena itu, kekayaaan alam Indonesia harus terus dijaga termasuk binatang liar di dalamnya. Penangkaran harus terus dilakukan agar ciri khas banteng di Baluran akan tetap menjadi kebanggaan.
“Sekarang kita lihat ada enggak di tempat lain banteng? Makanya tadi saya tanya apa bisa dilakukan penangkaran banteng dengan suntik. Jangan sampai banteng yang langka ini suatu saat akan punah,” katanya.
Pernyataan senada diungkapkan Dirjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno, bahwa Taman Nasional Baluran merupakan lima Taman Nasional pertama yang dibentuk tahun 1980. Salah satu tujuannya untuk melestarikan konservasi alam dan banteng.
Menurut Wiratno, pengembangan wisata Merak-Baluran masih dalam tahap kajian, sebab obyek wisata hanya bagian kecil dari Taman Nasional Baluran karena yang mahal menjaga kelestarian alamnya.
“Kita kaji secara menyeluruh, jangan sampai pengembangan wisata merusak alam yang indah di Taman Nasional Baluran. Padang savana di tempat ini dijuluki Africa van Java. Sangat indah dan mahal harganya,” katanya.
BACA JUGA: Legenda Batu Numpuk Baluran, dari Mistik hingga Nama Resor
Wiratno menambahkan bahwa pengelolaan wisata alam Taman Nasional Baluran bisa dikerjasamakan dengan Pemerintah daerah, yaitu bisa dengan koperasi dan BUMD. Hanya saja ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi, salah satunya perencanaan pengelolaan wisata. Tak kalah pentingnya, pengembangan wisata tersebut harus bermanfaat untuk masyarakat.
Dijelaskan, memang perlu biaya besar menjaga kelestarian alam. Indonesia memiliki 27,14 juta hektar kawasan konservasi dan 16 juta hektar Taman Nasional di 134 lokasi. Oleh karena itu, pengembangan wisata harus tetap melestarikan banteng dan ekosistem padang savana Africa van Java. Di Situbondo, keberadaan banteng masih cukup aman yaitu ada 13 di penangkaran dan sekitar 200 di alam liar.
“Kita punya program berbagi hidup dengan hewan liar. Komodo itu ada sekitar 400 ribu tahun silam sedangkan manusia baru sekitar 12 ribu tahun. Jadi hewan liar itu saudara tertua kita,” ujarnya.