Minggu, 28 March 2021 08:00 UTC
CABAI: Salah seorang petani di Mojokerto menunjukkan hasil panen cabai yang kini harnya melambung naik, Minggu 28 Maret 2021. Foto: Karin
JATIMNET.COM, Mojokerto - Sejumlah petani di Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto bak menerima oasis di padang pasir. Bagaimana tidak, harga jual cabai yang melambung tinggi saat panen di tengah pandemi Covid-19 membuat mereka membeli perhiasan, hewan ternak, sepeda motor, mobil, bahkan renovasi rumah.
Sekadar informasi, sejak masa panen awal Februari 2021, harga jual cabai terus merangsek naik mulai dari Rp 50 ribu sampai tembus Rp 95 ribu per kilogram seperti gerojokan pendapatan musiman luar biasa bagi para petani dimasa sulit ini.
Lantaran, di-tahun-tahun sebelumnya harga cabai hanya berkisar Rp 4 ribu sampai Rp 5 ribu per-kilogram. Hasil itu menguntungkan, hanya saja sebatas memenuhi kehidupan sehari-hari.
Seperti yang dialami pasutri Udi, 45 tahun, dan Umiyati, 35 tahun warga Dusun Brejel Kidul, Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, bekerja sebagai petani sejak puluhan tahun silam mengaku, keuntungan panen sekitar Rp 13 juta hingga Rp 15 juta dalam sekali panen merupakan sejarah dalam kehidupannya sebagai petani.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 120 Ribu
"Seumur-umur baru kali ini. Sejarah ini, pernah mahal tapi gak ada panennya. Ini pas panen, pas harga jual juga tinggi," ucapnya sembari tersenyum sumringah di teras rumah hasil keuntungan panen cabai mencapai satu ton dalam 10 kali panen, Minggu, 28 Maret 2021.
Ayah dari dua orang anak ini mengaku, sekali panen di lahan setengah hektare milik Perhutani Kayu Putih saja, ia dan istrinya Umi mendapatkan 1,9 kwintal setiap pekannya.
"Atau diakumulasikan sekitar hampir satu ton panennya, selama sepuluh kali panen. Ini aja masih untung, walau panen cuman 50 kilogram dengan harga jual sudah Rp 50 ribu per kilogram," cetusnya.
Bahkan, saat harga cabai mulai turun atau bisa dikatakan standar mencapai Rp 50 ribu per kilogram sejak pekan ini saja, masih menyisakan sedikit keuntungan untuk dibelikan hewan ternak sapi.
Baca Juga: Sentra Produksi Cabai Mulai Panen, Harga Cabai Diprediksi akan Stabil
Kini dirinya bisa merenovasi total rumah yang dulunya berbahan kayu dan berlantaikan tanah. Menjadi bangunan kokoh, berlantai keramik, dan teras kanopi mewah seluas 6x13 meter persegi.
"Rencana mau beli sapi dua ekor lagi. Kalau emas belum ada rencana, nanti kalau ada sisa dari panen-panen terakhir ini. Kalau yang lainkan pada beli motor, mobil, saya bangun rumah saja. Soalnya dulu masih gedeg, dan tanah lantainya," beber Udi sembari menunjukkan hasil panen cabainya tadi pagi.
Tak hanya itu, dari hasil panen tersebut penghasilan Udi bisa mencapai kurang lebih Rp 500 juta. Ia berencana sisanya akan ditabung untuk menghadapi Hari Raya Idul Fitri bulan Mei nanti.
Berbeda dengan Listyono warga Dusun/Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong lebih memilih membeli kendaraan bekas roda empat tahun 2017 seharga Rp 145 juta secara tunai. Hasil panen si pedas dengan harga jual selangit ini, mampu mewujudkan keinginanan anak sulungnya yang ingin memiliki mobil sendiri.
Baca Juga: DPR Usul Berdayakan Petani Lokal Guna Stabilkan Harga Cabai
"Belum ada sebulan ini belinya. Makanya, masih sangat baru. Ya, saya nggak nyangka juga bisa beli mobil," ucap pria 56 tahun, yang memilih membeli warna mobil berwarna putih di kawasan Wonosalam, Jombang.
Selain mobil, uang hasil panen sebagian lagi dibelikan perhiasan dan ditabung untuk persiapan menyambut lebaran. Dia menuturkan, selama 18 tahun menjadi petani cabai, baru kali ini mengalami harga kenaikan dan stoknya terbatas dalam hitungan bulan.
Padahal, biasanya kenaikan harga lombok hanya bisa bertahan kurang lebih satu bulan. Sebab, juga melihat dari stok persediaan cabai yang tidak stabil. "Malah pas tahun 2017 itu, pernah untung, tapi nggak lama kayak sekarang. Awetnya kejayaan panen cabai tahun ini juga dipengaruhi faktor cuaca. Dalam sebulan, hasil panen cabai mencapai 4,7 kuintal," pungkasnya.