Logo

Aksi #2019GantiPresiden Anggap Polisi Berat Sebelah

Reporter:

Minggu, 26 August 2018 06:04 UTC

Aksi #2019GantiPresiden Anggap Polisi Berat Sebelah

Simpatisan #2019GantiPresiden saat menggelar orasi di depan Masjid Ta'miriyah Kemayoran, Jalan Indrapura, Surabaya, 26 Agustus silam. FOTO: DOK.

JATIMNET.COM, Surabaya – Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara yang ikut turun ke jalan sedih dengan sikap aparat kepolisian. Menurutnya, pihak kepolisian dalam menjalankan tugasnya cenderung berat sebelah saat mengamankan orasi #2019GantiPresiden.

“Kita tidak pernah membuat aksi anarkis. Kalaupun ada ketegangan itu bukan dari kita, tetapi dari pihak lain yang agresif,” ujar mantan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 2009-2014, selepas aksi di Jalan Indrapura, Surabaya, Minggu 26 Agustus 2018.

Pandangan Marwan aparat terkesan memihak kubu lain dan bukan mengamankan jalannya aksi. Salah satunya adalah membiarkan pihak lain melakukan pelemparan botol kepada kubu #2019GantiPresiden saat berorasi.

Marwan Batubara tidak menampik aksi yang dilakukannya tidak mengantongi izin dari kepolisian. “Saya kira pemberitahuan kepada aparat kepolisian sudah cukup. Tidak ada yang salah dalam pemberitahuan itu,” lanjutnya.

Pria yang lahir di Deli Serdang 6 Juli 1955 itu mengaku aksi ini sebagai bentuk aspirasi untuk disampaikan. Pihaknya menilai aksi ini bukan untuk mengganti Presiden Joko Widodo, tetapi menunggu menyelesaikan tugasnya.

Aksi #2029GantiPresiden ini semula direncanakan di Tugu Pahlawan, Jalan Pahlawan Surabaya. Karena tidak memiliki izin dan dijaga aparat kepolisian, aksi ini dipindahkan ke Jalan Indrapura.

Sementara titik kumpul simpatisan ini di beberapa tempat, seperti Jalan A.Yani dan Pasar Gembong untuk menuju ke Tugu Pahlawan, sebelum pindah ke depan Gedung DPRD Jawa Timur.

Sementara itu, anggota Koalisi Elemen Bela NKRI Jadi Galajapo menilai aksi #2019GantiPresiden mengurangi kenyamanan, kedamaian, dan keamanan di Surabaya. Aksi tersebut tersebut lebih mengarah ke provokasi lantaran belum waktunya kampanye.

“Ganti presiden tidak perlu disampaikan saat ini. Akan ada waktunya, kalau digiring (ganti presiden) saat ini namanya provokasi,” ungkap Jadi saat dijumpai di Masjid Ta’miriyah, Kemayoran selepas aksi, Minggu 26 Agustus 2018.

Komedian Surabaya itu menganggap saat ini kondisi Surabaya sudah kondusif dan tidak perlu adanya aksi-aksi provokasi. Apabila aksi ini dilakukan di Surabaya, tidak tertutup kemungkinan menimbulkan gejolak di masyarakat.

Adanya aksi ini yang mendorongnya ikut turun ke jalan. Dia juga menampik aksinya dikendalikan oleh partai politik tertentu untuk menolak aksi ganti presiden. “Bukan persoalan ada partai atau tidak, kita benar-benar relawan yang tidak ingin ada gejolak di Surabaya,” pungkasnya.