
Reporter
M. Khaesar Januar UtomoSabtu, 13 April 2019 - 13:19
Editor
Rochman AriefBERI SALAM. Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono pidato menutup kampanye terbuka jelang masa tenang di Gedung DBL Arena, Surabaya, Sabtu 13 April 2019. Foto : M Khaesar Glewo
JATIMNET.COM, Surabaya – Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyinggung menguatnya polarisasi politik dampak dari pelaksanaan pemilu.
Menurutnya, adanya polarisasi politik akan berdampak buruk pada proses demokrasi serta keutuhan kesatuan dan persatuan Indonesia ke depannya. Hal ini disampaikan putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu dalam kampanye Partai Demokrat di DBL Arena, Sabtu, 13 April 2019.
“Polarisasi politik ini telah menciptakan sekat di masyarakat. Karena adanya perbedaan pilihan dan perbedaan pendapat dalam politik itulah yang memudahkan polarisasi,” kata Agus Harimurti Yudhoyono di hadapan kader dan simpatisan Partai Demokrat Jatim.
BACA JUGA: AHY Tabur Bunga di Makam Bung Karno
Menurutnya polarisasi politik ini sudah dirasakan sejak Pemilu 2014 hingga Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Namun akhir-akhir ini kondisi ini semakin kental dan semakin kencang.
Terlebih mendekati hari akhir masa tenang kampanye munculnya dua kelompok itu mulai menguap. Cukup banyak kelompok masyarakat yang menonjolkan dukungannya baik melalui media sosial maupun secara terbuka.
BACA JUGA: Koalisi 02 Retak, SBY Sebut Kampanye Prabowo Tak Inklusif
AHY, sapaannya, menilai terbelahnya dua kelompok ini memudahkan orang tidak saling menghargai pandangan masing-masing. “Seharusnya ini menjadi refleksi kita untuk bisa menghargai perbedaan dalam pilihan,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut dia mendesak pemerintah untuk bersikap adil kepada semua masyarakat Indonesia tanpa melihat dari golongan atau pendukung tertentu. “Tidak hanya melindungi yang minoritas, tapi juga yang mayoritas yang harus bisa menciptakan kepercayaan,” jelasnya.
Ke depan pihaknya meminta agar masyarakat dapat bisa menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia pasca pemilu 2019 ini. Sebab pemilu ini hanya dilaksanakan lima tahun sekali, sementara kerukunan diciptakan untuk selamanya.