Selasa, 23 July 2019 05:44 UTC
RAJA KO. Ellyas Pical memeragakan pukulan jab saat menerima penghargaan dari ACT di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Senin 22 Juni 2019. Foto: IST.
JAKARTA – Tim Mobile Social Rescue (MSR) dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberikan penghargaan kepada atlet veteran Indonesia, Ellyas Pical di kawasan Bintaro, Jakarta Selatanm, Senin 22 Juli 2019.
Penghargaan berupa bantuan dana ini merupakan program lanjutan dari kerjasama ACT bersama Kitabisa.com dan Grab Indonesia. Program “Penghargaan Atlet Veteran tahun 2019” ini bertujuan untuk memberi penghargaan terhadap perjuangan atlet veteran yang telah mengharumkan Indonesia.
Satu dari tujuh atlet veteran yang menerima penghargaan adalah mantan petinju Ellyas Pical. Legenda kelahiran Saparua, Maluku Tengah itu pernah mengharumkan Indonesia berkat gelar juara dunia kelas bantam junior versi IBF. Dia terkenal dengan julukan ‘The Exocet’, atas kecepatan dan kekuatan pukulannya
Dalam usia yang tidak lagi muda, mantan anak didik Simson Tambunan itu masih dapat mengingat cerita di balik piagam yang berjejer di lemarinya. Begitu juga dengan bagaimana awal dia berkarir di arena ring tinju profesional.
BACA JUGA: ACT Kelola Ribuan Hewan Kurban Terbaik Sejak Bibit
Eli, sapaannya, menjelaskan bagaimana dia mengalahkan petinju Korea Selatan, Chun Du Jo. Pertandingan itu merupakan kejuaraan dunia tinju kelas bantam junior versi IBF, 3 Mei 1983.
“Ketika dia memukul saya, saya menghindar lalu mundur sedikit. Kemudian saya kasih dia hook tepat di rahang kanannya. Setelah itu dia langsung KO,” ujar Eli sambil memeragakan gerakannya kepada tim MSR dan ACT.
Pikiran menjadi petinju terbesit di benaknya sejak masih berumur 14 tahun. Selain karena hobi, pada masa itu ia melihat Muhammad Ali bertanding di layar kaca, yang menjadi inspirasinya. Eli kemudian bercita-cita menjadi juara dunia cabang olahraga tinju. Namun keputusan tersebut sempat tidak disetujui orang tuanya.
“Mama saya tidak mau, lalu adik mama (paman) bilang ‘Jangan ditolak-tolak. Kalau anak mau kenapa harus ditolak? Dia ingin menjadi atlet. Mudah-mudahan bisa menjadi orang terkenal’. Eh, betul terjadi,” kenang Eli.

SABUK JUARA. Ellyas Pical menunjukkan sabuk juara dunia yang pernah direbutnya pada tahun 1983, di sela menerima kunjungan dari ACT. Foto: IST.
Pamannya yang kemudian menggembleng fisik Eli hingga menjadi petinju profesional. Latihan disiplin menjadi kunci sukses untuk memenangkan pertandingan. Persiapan latihan selalu dilakukan minimal enam bulan sebelum pertandingan.
“Latihan itu harus dipersiapkan sejak awal sebelum pertandingan, persiap harus dari bawah. Supaya dalam pertandingan kuat, stabil, dan stamina bagus. Kalau tidak latihan dari bawah, tidak akan bisa maju,” ungkap petinju yang dibesarkan sasana Garuda Jaya itu.
Walaupun Eli telah pensiun pada 1993, semangatnya masih sama besarnya pada olahraga. Kini, ia aktif bekerja di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat.
Sementara itu, Dayani, tim program MSR-ACT mengatakan penghargaan ini dapat menambah kebahagiaan para atlet. “Terutama kepada Pak Ellyas, semoga dalam melatih atlet muda dapat menemukan bibit untuk Indonesia ke depannya,” kata Dayani.
BACA JUGA: Bazar Amal untuk Bantu Korban Gempa Halmahera Selatan
Dia berharap ke depannya semoga lebih banyak lagi perusahaan lain yang bekerja sama dengan ACT untuk terus memberikan penghargaan kepada mantan atlet.
Ellyas pun mengaku senang dengan adanya penghargaan yang diberikan MSR-ACT. Dia merasa perjuangannya sebagai atlet mendapat kepedulian dari berbagai pihak.
“Saya merasa bangga karena diperhatikan ACT, Grab, dan Kitabisa.com dan masyarakat yang mendukung saya dan keluarga melalui penghargaan ini,” kata petinju Indonesia pertama yang meraih gelar internasional itu.
Dia mengingatkan kepada atlet generasi muda harus berlatih sungguh-sungguh agar bisa mengharumkan nama bangsa. Selain itu, dia mengingatkan kepada atlet muda agar selalu bekerja keras dan terus berlatih. “Saya akan selalu beri mereka semangat, agar bisa mengharumkan bangsa dan negara,” tutupnya.