Rabu, 31 October 2018 06:39 UTC
Grafis: Cheppy Changgih
JATIMNET.COM, Surabaya - Kasus kekerasan anak di Jawa Timur menjadi masalah serius yang perlu segera ditangani. Sebanyak 20 persen atau sekitar 94 kasus dari 210 kasus kekerasan anak yang terjadi di Jawa Timur terjadi di sekolah.
Dewan Pendidikan Jawa Timur, Isa Anshori mengatakan prihatin dengan banyaknya kasus kekerasan anak yang terjadi di Jawa Timur. Data Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur per September 2018, menyebutkan kekerasan yang dilaporkan secara langsung sebanyak 75 kasus. Sedangkan, untuk laporan dari kliping media massa, jumlah kasusnya mencapai 135 buah.
"Yang melapor langsung, maka kami ikut menangani. Kalau yang dari kliping media massa berarti kasus tersebut terjadi tapi tidak ditangani oleh LPA," kata pria yang juga menjadi anggota LPA Jatim. Isa mengatakan khusus kasus kekerasan di sekolah, ada 94 kasus yang mana 20 persen pelaku kekerasannya adalah guru.
Dia mencontohkan kasus kekerasan di SMKN 1 Surabaya dilakukan Kepala Sekolah dengan menampar seorang siswa inklusi. Kasus lain yang juga menyedot perhatian adalah seorang murid SMAN 1 Torjun, HI (17) yang membunuh gurunya, Ahmad Budi Cahyono (26) gara-gara tidak diterima ditegur korban.
Banyaknya kekerasan terhadap anal di Jawa Timur ini membuat Dewan Pendidikan Jatim mengeluarkan survei Indikator Sekolah Ramah Anak. Indikator Sekolah Ramah Anak ini adalah insiasi Dewan Pendidikan Jatim dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim. "Indikator ini untuk mencegah terjadinya kekerasan lebih banyak terjadi di sekolah," katanya, Selasa kemarin, 30 Oktober 2018.
Indikator tersebut memiliki 68 item yang merupakan gabungan komponen standar nasional pendidikan yang mencantumkan hak anak seperti dalam konvensi hak anak. "Hasilnya akan menentukan apakah sekolah itu ramah kepada anak atau tidak," ujarnya. Selain untuk membantu mengurangi kekerasan pada anak, indikator ini diharapkan bisa dipakai untuk memberi label pada sekolah ramah anak.
Dengan label tersebut, akan memberi pilihan dan rasa aman kepada orang tua mendaftarkan anaknya bersekolah. Hasil penilaian akan diwujudkan dalam bentuk surat keputusan dari Dispendik Jatim dan Dewan Pendidikan Jatim. Tahap pertama, ada 32 sekolah jenjang SMA di Jatim yang mengikuti penilaian ini.
Dewan Pendidikan Jatim juga sudah melakukan pelatihan kepada 300 kepala sekolah baik swasta maupun negeri tentang indikator sekolah ramah anak. "Untuk saat ini masih bersifat sukarela, mereka yang siap akan kami visitasi," katanya.
Dia membantah indikator ini akan merugikan sekolah, terutama swasta. Justru sebaliknya, capaian indikator akan membuat kualitas sekolah itu bertambah. Dengan demikian akan menaikkan citra sekolah. "Pada akhirnya seluruh sekolah di Jatim harus menerapkan indikator ini agar tercipta sekolah ramah anak," pungkasnya.