Logo

25 Ribu Bibit Kopi Arabika Ditanam di Lereng Wilis

Reporter:

Kamis, 08 November 2018 07:40 UTC

25 Ribu Bibit Kopi Arabika Ditanam di Lereng Wilis

Ilustrasi

JATIMNET.COM, Kediri - Penanaman 25 ribu bibit kopi arabika dilakukan Bank Indonesia Kediri, Jawa Timur dalam rangka mendorong pengembangan pariwisata di lereng Gunung Wilis, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Djoko Raharto, Kamis, 8 November 2018 mengatakan penanaman bibit kopi arabika melibatkan KUB Omah Kopi, petani, pokdarwis (kelompok sadar wisata), maupun Perum Perhutani Kediri.

"Kami tanam kopi arabika varietas komasti sebanyak 25 ribu batang. Kegiatan itu sekaligus untuk mengkampanyekan gerakan peduli lingkungan melalui pengolahan dan pemanfaatan pupuk organik limbah ternak yang difermentasi," kata dia.

Djoko mengatakan saat ini sudah tersedia bibit kopi sebanyak 100 ribu batang pohon. Namun pada tahap ini yang ditanam sebanyak 25 ribu batang. Sekitar 100 petani terlihat dalam penanaman bibit kopi dengan luas lahan sekitar 10 hektare.

"Lahan yang akan ditanami adalah milik petani dan sebagian ditanam di  lahan milik perhutani. Dengan demikian, sampai saat ini bibit kopi arabika di wilayah tersebut sudah tertanam lebih kurang 45 ribu pohon, 20 ribu di antaranya sudah mulai berbuah," ujarnya.

Djoko juga mengatakan, pada tahun ini ada yang istimewa, yakni petani  mulai memanfaatkan limbah padat dan cair ternak yang sudah difermentasi menjadi pupuk organik. "Selama ini petani membuang limbah padat dan cair ternak di sungai atau kebun tanpa dilakukan fermentasi sehingga mencemari lingkungan dan kontra produktif," ujarnya.

BI Kediri kemudian melakukan edukasi dan pelatihan. Para petani kini  sudah mulai terbuka pola pikirnya, bahwa dengan mengolah limbah ternak  dengan benar maka akan menjadi produk yang bernilai tambah dan ramah  terhadap lingkungan.

Djoko mengatakan pokdarwis juga dilibatkan untuk mengggarap dan promosi pariwisata di lokasi penanaman kopi. Tempat tersebut dinilai layak jual sebagai objek pariwisata. "Disamping promosi keindahan alam  dan budaya setempat, juga dimasukkan materi nilai ekonomis dari hulu-hilir, budi daya dan produk kopi yang dikombinasikan dengan produk  unggulan setempat yaitu susu sapi, teh dan cokelat," kata Djoko.

Pihaknya berharap, dengan terintegrasinya pengembangan potensi produk,  budaya dan didukung potensi alam yang cukup indah, pengembangan  ekonomi di daerah ini bisa terealisasi dengan baik. Selain itu,  partisipasi warga dan inklusif juga bisa dapat terwujud. (ant)