Logo

13 Anak di Mojokerto Terpapar Positif Covid-19, Satu Diantaranya Masih Batita

Reporter:,Editor:

Selasa, 07 July 2020 10:20 UTC

13 Anak di Mojokerto Terpapar Positif Covid-19, Satu Diantaranya Masih Batita

Dokter Spesialis Anak RSUD Prof. DR. Soekandar Mojosari, dr Anggono.

JATIMNAET.COM, Mojokerto - Tercatat 13 pasien anak positif Covid-19 yang di rawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof DR Soekandar Mojosari selama empat bulan berlalu sejak pandemi terjadi Maret 2020 lalu. Delapan anak sudah dinyatakan sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasanya.

Sementara, lima anak pasien positif Covid-19 menjalani isolasi dan penanganan secara khusus di salah satu lantai. Pasien anak ini rata-rata yang terpapar virus mematikan tersebut berusia satu tahun sampai 15 tahun.

Indikasi terpaparnya Corona Virus Disease atau Covid-19 pada anak ada empat, yakni tanpa gejala, gejala abu-abu, kemudian gejala ringan, dan terakhir gejala jelas yang pada umumnya radang paru-paru.

Sedangkan tiga indikasi lainnya memang agak sulit diketahui jika tidak dilakukan uji swab, atau melihat kontak dengan istilah kontak erat resiko tinggi, seperti bayi-bayi baru lahir dari ibu hamil yang sebelumnya sudah dinyatakan positif Covid-19.

Dokter Spesialis Anak RSUD Prof. DR. Soekandar Mojosari, dr Anggono menjelaskan, pihaknya sampai saat ini masih merawat lima anak terkonfirmasi positif Covid-19. Satu diantaranya berusia satu tahun, dan baru hari ini Selasa, 7 Juli 2020 dinyatakan positif.

BACA JUGA: Belum Menang dari Pandemi Covid-19, Gugus Tugas Mojokerto Ingatkan Protokol Kesehatan

Balita dibawah lima tahun (Batita) ini harus masuk menjalani perawatan di ruang isolasi khusus disediakan bagi anak-anak yang terpapar Covid-19. Tak hanya batita saja, masih ada satu pasien anak positif Covid-19 yang juga menjalani isolasi di RSUD Prof DR Soekandar Mojosari.

“Covid-19 gak hanya orang dewasa saja, tapi juga milik semua orang tak terkecuali anak-anak. Dan anak-anak sangat rentan sekali terjangkit covid-19, berbeda dengan pasien dewasa, kalau anak-anak memiliki karakter sendiri," katanya, Selasa, 7 Juli 2020.

Ia menjelaskan, karakter anak-anak memiliki ketakutan terhadap orang asing, hal tersebut merupakan tantangan terberat mereka untuk bisa membuat anak-anak yang positif terpapar bisa kooperatif menerapkan protokol kesehatan selama diisolasi di ruangan khusus anak.

Penggunaan masker sendiri pada usia tertentu perlu diawasi, khususnya anak di bawah usia dua tahun tidak dianjurkan karena sangat berisiko.

"Jadi supaya mereka bisa aman, tidak batuk, tidak bersin, kami harus bisa menyatu dengan mereka. Sebab penyebaran dropled menjadi salah satu cara penyebaran virus, apalagi jika mereka menangis teriak, mereka batuk dan itu menyebarkan virusnya, itulah tantangan kami yang saat ini," Anggono menerangkan.

BACA JUGA: Warga Terpapar Covid-19 di Kabupaten Mojokerto Terus Bertambah

Tak ayal, hal ini membuat dokter spesialis anak harus ekstra keras melakukan inisiatif cara pengawasan selama masa penyembuhan terhadap anak-anak. Terlebih psikologis yang dimiliki anak-anak tak seperti orang dewasa yang mudah untuk diarahkan dalam penerapan protokol kesehatan.

Lengkap dengan APD level 3, mereka harus bisa berkomunikasi secara inten, dan dekat agar anak-anak tetap bisa bahagia. Seperti yang dilakukan dokter spesialis anak Anggono, dimana tetap berusaha menghibur dan mengajak bermain sejumlah pasien anak yang terpapar Covid - 19 dengan APD lengkap setiap harinya.

Tak sampai disitu, pihaknya juga melakukan pemantauan secara rutin, baik secara tatap muka atau langsung, maupun melalui video call yang disediakan aplikasi telepon pintar yang dimiliki pasien dan dokter. Fasilitas seperti berada di rumah sendiri pun disediakan, seperti pengadaan televisi, lemari es, pemanas air, dan kamar mandi dalam.

"Mereka juga akrab dengan suara kita, mereka tidak ketakutan lagi dengan suara kita, entah saat bertemu langsung atau saat video call. Jadi dengan pendekatan itu akhirnya bisa lebih diajak kooperatif, ngobrol bisa, diajari cuci tangan bisa, diajari cara mengontrol batuknya," imbuhnya.

BACA JUGA: Agar Tak Jenuh, Polres Mojokerto Beri Hiburan dan Game Edukasi pada Anak

Anggono menambahkan, bahwasanya indikasi terbaru terpaparnya Covid-19 memiliki kemiripan dengan demam berdarah, yakni trombosit menurun, disertai diare. Diketahui penyebaran virus tersebut bisa terjadi melalui feses penderita, hanya saja pemberian pribiotik bisa dilakukan sebagai pencegahan.

"Sebab virus berada di feses juga selama 14 hari. Makanya pemberian pribiotik dilakukan, ditengarai untuk mengontrol fesesnya supaya virusnya tidak menyebar walau penelitian masih level 3 sampai  4. Jadi bisa jadi salah satu solusi pencegahan," imbuhnya.

Ia pun berharap, agar para orang tua di luar sana bisa memahami kondisi saat ini yang tidak memungkinkan untuk anak-anak bisa berinteraksi bebas seperti sebelum pandemi terjadi.

"Solusi utama di rumah atau stay at home, buat anak-anak bahagia, hindari kontak dengan kehidupan di luar rumah bukan berarti dikurung. Jika punya kendaraan salahkan ajak mereka berkeliling-keliling, tapi ingat hindari pasar dan kerumunan," tandasnya.