Selasa, 05 March 2019 05:05 UTC
Startup. Foto: Pixabay
JATIMNET.COM, Surabaya - Digital Creative Industry Society mencatat terdapat 922 startup yang berkembang di Indonesia hingga akhir tahun 2018. Mereka terdiri dari level cockroach, pony, centaurs hingga unicorn dari beragam sektor, seperti sektor transportasi, pendidikan, teknologi, hingga travelling.
Social Media Specialist Dailysocial.id, Prilita Kamalia menyebut saat ini terdapat enam sebutan dalam tingkatan valuasi perusahaan rintisan; yaitu cockroach, pony, centaurs, unicorn, decacorn, dan hectocorn.
Level valuasinya dimulai dari tiga tingkatan awal dalam perusahaan rintisan yang hendak bertumbuh. Dalam level “cockroach”, perusahaan rintisan memulai usahanya dan giat untuk melakukan promosi kepada publik.
BACA JUGA: Amazon Akuisisi Startup Baru Lagi
Prilita mengatakan pertumbuhan nilai dari perusahaan biasanya mulai terlihat ketika perusahaan tersebut berada di level “pony” dengan valuasi sebesar 10 juta dolar atau sekitar Rp141 miliar.
“Ketika sebuah perusahaan startup berada di level ini, perusahaan tersebut memiliki tantangan untuk mempertahankan atau malah mampu mengembangkan nilainya ke tingkatan selanjutnya, seperti centaurs atau bahkan unicorn,” katanya.
Startup disebut “centaur” ketika ia memiliki valuasi 100 juta dolar, “unicorn” 1 miliar dolar, “decacorn” 10 miliar dolar, dan “hectocorn” memiliki valuasi lebih dari 100 miliar dolar.
BACA JUGA: Banyuwangi dan BRI Kolaborasi Garap Startup Pertanian
Tiga level teratas dari valuasi startup adalah “unicorn”, “decacorn” dan “hectocorn”. Memerlukan waktu yang tidak sebentar bagi perusahaan-perusahaan rintisan untuk mendapatkan “gelar” ini.
Dari enam tingkatan tersebut terlihat bahwa startup sangat identik dengan valuasi atau nilai. Valuasi sendiri merupakan nilai dari suatu perusahaan rintisan.
Prilita menjelaskan jika startup saat ini masih tegolong dalam semi-enterprise, sehingga nilai valuasinya ditentukan berdasarkan persetujuan antara founder dengan investor. Persetujuan dua pihak itu kemudian menyebabkan nilai valuasi startup menjadi beragam.
BACA JUGA: Startup Malaysia Tawarkan Browser Islami
Nilai atau valuasi dari sebuah perusahaan dapat dihitung melalui beberapa cara, dan cara yang paling mudah adalah dengan menunjukkan profit bisnisnya.
Misalnya sudah berapa banyak fitur yang telah dibuat dan dikembangkan, bagaimana respons masyarakat sebagai pengguna, seperti apa pertumbuhan user-nya, dan sebagainya.
Sementara Investor akan tertarik mendanai startup karena banyaknya demand atau permintaan konsumen terhadap jasa dari startup.
Dengan pertumbuhan yang signifikan, perusahaan tersebut akan terus mendapatkan dukungan dari investor dan secara langsung juga menambah nilai perusahaannya.
BACA JUGA: Startup Nations Summit di Surabaya Diikuti 170 Negara
“Karena itu, startup yang muncul saat ini sangat gencar untuk mempromosikan produknya kepada publik. Interaksi dengan pengguna menambah kredibilitas perusahaan dan tentu dapat meyakinkan investor untuk mendukungnya,” katanya.
Kini di Indonesia sendiri terdapat empat perusahaan rintisan yang telah memiliki valuasi setingkat “unicorn”. Mereka antara lain Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan BukaLapak.
Sedangkan Grab, startup asal Singapura telah menjadi pemilik predikat“decacorn” pertama di Asia Tenggara.
Sementara gelar “hectocorn” dengan valuasi mencapai USD100 miliar masih dipegang oleh Apple, Google, dan Microsoft. (Ant)