Logo

Sekelumit Kisah Menarik di Balik Beroperasinya PSEL Benowo

Reporter:,Editor:

Selasa, 11 May 2021 08:40 UTC

Sekelumit Kisah Menarik di Balik Beroperasinya PSEL Benowo

TIM PSEL: Tim tenaga ahli ITS saat memaparkan teknis operasional PSEL Benowo. Foto: Humas Pemkot Surabaya

JATIMNET.COM, Surabaya - Keseriusan Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dalam hal pengelolaan sampah dibuktikan dengan diresmikannya operasional Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Benowo, Surabaya oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada 6 Mei 2021 lalu.

Menariknya, proyek yang merupakan PSEL pertama di Indonesia dengan kapasitas sampah mencapai 1.000 ton perhari tersebut rupanya juga melibatkan tim ahli dari ITS.

Dalam peresmiannya beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa kota besar di Indonesia memang tengah menghadapi permasalahan sampah yang cukup krusial.

Pasalnya, sampah tersebut tak hanya akan menimbulkan pencemaran lingkungan, tetapi juga akan menghasilkan lindi yang berdampak terhadap penurunan kualitas air. Namun terhitung sejak 2018, hanya satu kota yang berhasil mengatasi permasalahan tersebut, yaitu Surabaya.

Baca Juga: Diresmikan Presiden Jokowi, Instalasi PSEL Benowo Surabaya jadi Percontohan Nasional

PSEL Benowo yang tengah beroperasi ini rupanya mempunyai sejarah panjang dan telah menggandeng beberapa tenaga ahli ITS sejak awal digagas.

Mereka adalah Prof Ir Joni Hermana (Teknik Lingkungan), I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi (Teknik Lingkungan), Ary Bachtiar Krishna Putra (Teknik Mesin), ‪Dimas Anton Asfani (Teknik Elektro), Ir Mudji Irmawan Arkani (Teknik Sipil), dan Hendra Cordova (Teknik Fisika).

I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi, salah satu anggota Tim ITS dalam proyek ini mengungkapkan bahwa gagasan pembangunan PSEL pertama kali disampaikan oleh Wali Kota Surabaya periode 2010-2020, Tri Rismaharini.

“Saat itu, beliau mempunyai gagasan yang inovatif dan berani untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Surabaya,” kata Wawa, sapaan akrabnya.

Baca Juga: PSEL TPA Benowo Diapresiasi, Presiden Minta Kota Lain Tiru Surabaya

Menyadari bahwa jumlah sampah terus meningkat dan lahan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Benowo yang tidak mampu menampungnya, maka sejak 2010 konsep Waste to Energy mulai digagas oleh Pemkot Surabaya dengan menggandeng ITS untuk penanganan teknologi serta segala sesuatu yang berkenaan dengan hal teknis.

Kemudian pada tahun 2012, pemkot menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT. Sumber Organik (PT. SO) perihal Penyediaan Prasarana dan Sarana TPA Benowo.

“Inilah implementasi konsep public private partnership dalam bidang infrastruktur persampahan yang pertama kali diterapkan di Indonesia,” ia menandaskan.

Menurut dosen Departemen Teknik Lingkungan tersebut, pemilihan teknologi dengan konsep gasifikasi menimbulkan banyak pro dan kontra di masyarakat. Pembakaran sampah dengan konsep gasifikasi ditakutkan akan menghasilkan gas yang bersifat racun dan mencemari lingkungan.

Baca Juga: Bagaimana Surabaya Mengubah Sampah Jadi Listrik?

“Selain itu, sistem pengelolaan sampah tanpa pemilahan dan kadar air sampah yang cukup tinggi ditakutkan akan gagal diolah dengan metode pembakaran ini,” ia mengungkapkan.

Berkaitan dengan teknologi ini, ITS bersama pemkot memberikan masukan kepada PT. SO tentang apa yang harus dilakukan secara ideal agar pengolahan sampah dengan konsep gasifikasi ini dapat berjalan dengan baik. “Setelah hampir sembilan tahun dicanangkan, PSEL Benowo akhirnya resmi beroperasi,” ia menuturkan.

Pengolahan yang diharapkan dapat menghasilkan energi listrik sebesar 9 MW ini nantinya akan menambah energi listrik sebesar 2 MW yang sudah dihasilkan oleh pemanfaatan methane gas dari landfill di TPA Benowo.

Baca Juga: PLTSa Pertama di Indonesia Siap Beroperasi di Surabaya

Wawa berharap, PSEL ini mampu mereduksi sampah yang ditimbun ke lahan TPA Benowo. Kontribusi masyarakat Kota Surabaya pun diharapkan agar teknologi ini dapat beroperasi secara berkelanjutan.

Pasalnya, kapasitas pengolahan gasifikasi hanya mencapai 1.000 ton perhari dan masih tersisa 600 ton yang perlu dikelola pemkot. Untuk itu, tugas warga Surabaya adalah mengurangi sisa sampah dengan konsep Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).

Terakhir, Wawa pun kembali berharap sinergi kerja sama ini dapat membantu pemkot dalam hal pengelolaan sampah, sehingga konsep Green and Clean Surabaya akan mendunia.

“Saya juga berharap teknologi ini akan berhasil mewujudkan Surabaya sebagai kota dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan,” ia memungkasi.