Logo

Pertama Kali, Bahan Makanan di Jatim Deflasi selama Puasa dan Lebaran

Dipengaruhi Covid-19
Reporter:,Editor:

Rabu, 03 June 2020 07:20 UTC

Pertama Kali, Bahan Makanan di Jatim Deflasi selama Puasa dan Lebaran

BAWANG PUTIH. Salah satu pedagang bawang putih impor Cina di Pasar Baru, Kota Probolinggo, Selasa, 4 Februari 2020. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Surabaya – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyebut untuk pertama kalinya harga bahan pokok di Jawa Timur terutama bahan makanan selama Ramadan dan Idul Fitri 1441 Hijriah/2020 Masehi mengalami penurunan atau deflasi. Pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada pada Mei 2020 mengalami deflasi 0,13 persen. 

"Yang agak penting Mei dengan kondisi puasa dan Idul Fitri, konsumsi kelompok pengeluaran untuk bahan makanan terjadi deflasi. Ini tidak biasa. Pada tahun-tahun sebelumnya biasanya terjadi inflasi," ujar Kepala BPS Jawa Timur Dadang Hardiwan, Selasa, 2 Juni 2020. 

BACA JUGA: Pandemi Covid, Impor Masker ke Jatim Meningkat 634 Persen

Dadang menilai deflasi yang terjadi pada komoditas bahan makanan disebabkan ada beberapa faktor di antaranya kecukupan pasokan, penurunan permintaan, dan turunnya daya beli masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri. 

“Tidak bisa dipungkiri (imbauan) di rumah saja dan larangan mudik mempengaruhi pola konsumsi pada Lebaran tahun ini. Banyak pesta atau perayaan seperti buka bersama dan halal bihalal tidak terjadi," katanya. 

Deflasi tertinggi kelompok makanan pada Mei 2020 disumbang cabai rawit dengan perubahan harganya minus 29,43 persen. Diikuti telur ayam ras yang deflasi 10,89 persen, bawang putih minus 23,54 persen, cabai merah turun 14,39 persen, dan gula pasir deflasi 4,72 persen. 

BACA JUGA: Impor Barang Konsumsi di Jatim Meningkat Sepanjang April

Secara keseluruhan pada Mei 2020 inflasi di Jawa Timur tercatat 0,18 persen. Sedangkan periodik Januari-Mei 2020 sebesar 0,8 persen. Inflasi pada Mei 2020 masih lebih rendah dibanding Mei 2019 yang sebesar 1,83 persen. 

Inflasi pada Mei tahun ini, menurut Dadang dipengaruhi naiknya harga tiket angkutan udara yang berubah 18,80 persen. Diikuti daging ayam ras 6,08 persen, dan bawang merah 15,55 persen.

“Tiket pesawat ini kita tahu bersama April dengan harga paling bawah (tidak beroperasi). Kemudian naik, tapi tidak seperti semula tapi alami kenaikan makanya inflasi," tuturnya. 

Karena itu, menurut dia, inflasi pada angkutan udara ini maklum. Meski naik langsung memicu inflasi. Meskipun harganya belum mencapai tingkat yang sama dengan tahun lalu.