Logo

Paus Sperma, Sampah Plastik, dan Upaya Memantik Kesadaran Bersama

Reporter:

Rabu, 21 November 2018 09:10 UTC

Paus Sperma, Sampah Plastik, dan Upaya Memantik Kesadaran Bersama

Ilustrasi

JATIMNET.COM, Surabaya - Seekor ikan Paus jenis Sperma yang mati terdampar di bagian Timur Indonesia dengan temuan dalam jumlah besar sampah plastik di dalam perutnya, termasuk sandal jepit dan gelas plastik, menimbulkan keprihatinan kalangan aktivis lingkungan hidup dan pemerintah dari negara dengan polusi plastik terbesar di dunia.    

Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi, Heri Santoso mengatakan petugas menemukan bangkai busuk sepanjang 9,5 meter atau 31 kaki pada Senin, 20 November 2018 di dekat taman nasional di Propinsi Sulawesi Tenggara setelah menerima laporan dari aktivis lingkungan dimana warga telah mengerumuni bangkai paus mati ini dan mulai mencincang bangkai busuk tersebut.

Santoso mengatakan peneliti dari WWF dan Akademi Konservasi Taman Nasional menemukan sekitar 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perut binatang tersebut yang berupa 115 gelas plastik, empat botol plastik, 25 tas plastik, dua sandal jepit, karung nilon, dan lebih dari 1,000 jenis bagian plastik.

"Kami belum bisa menyimpulkan penyebab kematian, namun fakta yang kami lihat sungguh mengerikan," kata Dwi Suprapti, Koordinator Korservasi Spesies Laut WWF seperti dikutip theguardian.com. Menurut Dwi Suprapti, tidak mungkin memastikan bahwa penyebab kematian binatang ini adalah plastik, karena keadaan binatang yang sudah rusak.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berpenduduk 250 juta jiwa, dengan polusi plastik kedua terbesar setelah Cina. Berdasarkan Jurnal Pengetahuan, Januari 2018, Indonesia menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik tak terpakai setahun, dan 1,29 juta ton diantaranya terbuang di laut.

Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan penemuan paus mati tersebut seharusnya memantik kesadaran publik tentang bagaimana pentingnya mengurangi penggunaan plastik dan telah memacu pemerintah untuk mengambil pertimbangan lebih keras lagi untuk melindungi laut

"Saya sedih mendengarnya," kata Luhut, yang telah melakukan kampanye pengurangan penggunaan plastik. "Kemungkinan juga banyak binatang laut lainnya yang juga terkontaminasi sampah plastik dan ini sangat membahayakan kehidupan kita," katanya.

Pemerintah, kata Luhut, sudah berupaya untuk mengurangi penggunaan plastik, termasuk membujuk toko untuk tidak menyediakan tas plastik buat pelanggannya serta mengajarkan kepada sekolah-sekolah umum secara nasional, guna tercapainya target pemerintah dalam mengurangi penggunaan plastik hingga 70 persen pada 2025.

“Ambisi besar ini dapat tercapai jika masyarakat memahami bahwa sampah plastik merupakan musuh bersama," ujar Luhut.