Rabu, 05 December 2018 07:55 UTC
Ilustrasi oleh Ruri Izzah.
JATIMNET.COM, Semarang - Sastrawan, novelis, sekaligus feminis Tanah Air NH Dini tutup usia pada umur 82 tahun, Selasa 4 Desember 2018.
Perempuan bernama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin ini meninggal setelah kendaraan yang ditumpangi mengalami kecelakaan di ruas tol Tembalang, Semarang. Nyawanya tak tertolong meski sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit St.Elisabeth Semarang.
"Meninggal sekitar pukul 16.30 WIB," kata Juru Bicara RS Probowati Tjondronegoro.
Ketika kecelakaan terjadi, NH Dini dilaporkan baru saja pulang dari terapi tusuk jarum. Menurut keponakan almarhumah, Paulus Dadik, NH Dini menjalani terapi itu sepekan sekali.
Dalam kenangan Dadik, bibinya itu sosok yang enggan merepotkan orang lain, sekali pun terbilang keluarga.
Mengutip pemberitaan Republika.co.id, selama empat tahun terakhir, NH Dini tinggal di Wisma Lansia Harapan Asri Banyumanik Kota Semarang. Di tempat inilah lahir "Di Kaki Gunung Ungaran", novel yang terinspirasi dari pengalamannya menghuni Wisma Langen Werdasih di Ungaran Barat.
Sebelum menempati Wisma Lansia, NH Dini tercatat menjadi penghuni di Wisma Langen di kaki gunung Ungaran itu.
Kabar kepergian NH Dini segera mengundang ucapan belasungkawa berbagai kalangan; dari jurnalis, sastrawan, mahasiswa, dokter, hingga penulis.
Sastrawan Goenawan Mohamad berdoa semoga NH Dini beristirahat dalam damai.
Wafat, Nh.Dini. Kabar yg saya terima karena kecelakaan mobil. Novelis kelahiran 1936 ini sastrawan terkemuka dari generasi yg muncul pertama kali di majalah Kisah. Karyanya: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko. Semoga ia beristirahat dalam damai. pic.twitter.com/UUaF968kqe
— goenawan mohamad (@gm_gm) 4 Desember 2018
Lahir di Semarang pada 29 Februari 1936, NH Dini seorang penulis produktif. Novelnya yang terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), dan Hati yang Damai (1998).
Pernah jadi pramugrari, NH Dini menikah dengan diplomat Prancis Yves Coffin. Pernikahan ini memberi pasangan itu dua buah hati; Marie-Claire Lintang dan Pierre Louis Padang. Setelah menetap di berbagai negara, NH Dini berpisah dengan suaminya dan memilih tinggal di Indonesia.
Namanya sempat tenggelam dalam kancah sastra Indonesia. Tapi kembali menjadi perbincangan setelah film animasi Despicable Me memuncaki penampilan di bioskop-bioskop. Pierre, putera NH Dini, adalah sutradara dan animasi yang melahirkan sosok Minions dalam film itu.
Nama besar NH Dini sebagai sastrawan didirikan melalui proses panjang, dari Sekayu, kampung tempatnya menghabiskan masa kecil dan remaja. "Hampir semua dalam karyanya berlatar Semarang, seperti novelnya Sekayu," kata Ketua Dewan Kesenian Semarang Handry TM.
Ia membagi pengalaman tak terlupakan tentang NH Dini. Pada 1993 saat usianya 30 tahun, Handry berkesempatan menemani NH Dini menghadiri pertemuan novelis internasional di Brisbane, Australia. "Ternyata, sambutannya luar biasa. Nama beliau dielu-elukan di sana," kenangnya.
Bagi dia, mendiang merupakan sosok yang bisa menjadi inspirasi bagi anak muda. Kepergiannya menjadi duka bagi dunia sastra, baik Indonesia mau pun internasional. (ant)
