Logo

NasDem Perjuangkan Penyematan Gelar Pahlawan untuk KH Syaikhona Kholil

Reporter:

Sabtu, 20 March 2021 06:40 UTC

NasDem Perjuangkan Penyematan Gelar Pahlawan untuk KH Syaikhona Kholil

Pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP) NasDem Bidang Keagamaan dan Budaya, Hasan Aminudin, saat di sela Seminar Fraksi NasDem MPR RI di Surabaya, Sabtu 20 Maret 2021. Foto: Bruriy

JATIMNET.COM, Surabaya - KH Syaikhona Kholil atau Syekh Kholil dari Bangkalan, Madura ini sudah menelurkan banyak bibit tokoh alim ulama ternama di seluruh Indonesia. Dengan hal itu, Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem) mendorong mengusulkan terhadap KH Syaikhona Kholil mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Sebab, KH Syaikhona Kholil ini merupakan gurunya dari banyak para pahlawan, seperti KH Muhammad Hasan Sepuh, pendiri Pondok Pesantren (Pesantren) Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, KH Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang dan sejumlah para kiai lainnya yang menjadi muridnya menjadi Pahlawan Nasional.

Pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP) NasDem Bidang Keagamaan dan Masyarakat Adat, Hasan Aminudin mengatakan, usulan gelar Pahlawan Nasional untuk KH Syaikhona Kholil ini dicetuskan Partai NasDem pada 10 tahun lalu yakni 2020. Saat itu dirinya bersama Ketua Umum Surya Paloh berziarah di makam Syaikhona Kholil, Bangkalan, Madura.

"Di sela usai ziarah, Pak Surya Paloh berpesan sudah saatnya beliaunya ini KH Syaikhona Kholil harus diperjuangkan mendapat gelar Pahlawan Nasional," kata Hasan di sela Seminar Fraksi NasDem MPR RI di Surabaya, Sabtu 20 Maret 2021.

Memiliki wakil di DPR RI dan MPR RI, NasDem semakin serius untuk membawa dan menyuarakan nama Syaikhona Kholil untuk segera mendapatkan Gelar Pahlawan.
"Berdasarkan aspirasi yang cukup kuat, dan sejarah membuktikan, bahwa Syaikhona Kholil ini Gurunya para Pahlawan dan Gurunya para Wali," Hasan menegaskan.

Penyematan Pahlawan Nasional, NasDem mentargetkan diberikan tahun ini. Mengingat rencana tersebut telah dilakukan sejak lama dan melalui kajian yang intens.
Ia menegaskan, jasa dari tokoh asal Madura tersebut cukup besar bagi Bangsa Indonesia.

Hasan menegaskan, sejarah telah membuktikan, bahwa tidak sedikit para kiai dan pengasuh Pondok Pesantren, adalah santri Syaikhona Kholil, khususnya adalah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

"Keluarga Bani dan Duriyah Syaikhona Kholil sebenarnya tidak butuh gelar Pahlawan, semestinya negara berkewajiban memberikan gelar Pahlawan kepada warga Bangsa yang banyak tanamannya terhadap sejarah kemerdekaan di Negeri ini," tegasnya.

Selain itu, ajarannya telah memberikan kontribusi dari perjalanan Merdeka sampai hari ini adalah, Hubbul Wathon minal Iman, cinta tanah air bagian dari pada Iman.

"Tulisan tangan beliau. Tadi saya baca. Hubbul Authan malah, jama'. Sekali lagi, Negara wajib memberi gelar Pahlawan. Sebenarnya kita ndak usah mengemis minta gelar Pahlawan kepada Pemerintah untuk Syaikhona Kholil," ujarnya.

"Hanya saja Partai NasDem mengingatkan kepada pemerintah memberikan gelar Pahlawan kepada Syaikhona Kholil," imbuhnya.

Sementara, sebelumnya Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengakui, sampai saat ini masih sedikit atau jarang sekali jasa jasa, perjuangan, pengorbanan tokoh NU yang kemudian diusulkan mendapatkan gelar apapun.

Usulan tersebut, salah satu latar belakangnya adalah, para murid Syaikhona Kholil justru lebih dulu mendapatkan Gelar Pahlawan. Seperti KH. Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah, dan KH. As'ad.

"Nah sekarang ini baru proses pengusulan itu harus ada diskusi di tingkat lokal, kedua diskusi di tingkat Provinsi, setelah itu ada proses diskusi di tingkat pusat," paparnya.

Dituturkan mantan Menteri Sosial, untuk menentukan seseorang mendapat Gelar Pahlawan, melewati proses berlapis lapis. Meskipun sosok tersebut sudah termasyur, tetapi prosesnya memang step by step. "Jadi, kelengkapan dokumennya mudah mudahan bisa segera dicukupi," harapnya.

Berdasarkan data didapat, sampai saat ini tercatat 9 Tokoh NU yang mendapatkan Gelar Pahlawan, antara lain, KH. Hasyim Asyari, KH. Abdul Wahid Hasyim, KH. Zainul Arifin, KH. Zainal Musthafa, KH. Idham Chalid, KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH. As'ad Syamsul Arifin, KH. Syam'un, dan KH. Masykur.