Selasa, 27 November 2018 13:45 UTC
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko (dua dari kiri) didampingi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meninjau LTSA mal pelayanan publik. FOTO: Saut Ahmadi.
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Kepala Kantor Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko meresmikan Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) di mall pelayanan publik Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa, 27 November 2018.
Dia juga membuka acara Desa Buruh Migran (Desbumi) Summit, yang berupa pameran produk usaha milik mantan buruh migran yang akan digelar di Gedung Kesenian dan Kebudayaan (Gesibu) Blambangan Banyuwangi.
Moeldoko mengatakan LTSA adalah salah satu wujud peran dari pemerintah dalam menangani permasalahan yang sering dihadapi pekerja migran. Dengan pelayanan terpadu yang diberikan, proses pengurusan dokumen hingga pekerja migran berangkat akan lebih mudah.
BACA JUGA: Di Banyuwangi, Jenderal Moeldoko Ngopi dan Main Musik Lesung
“Dengan LTSA penanganan semua masalah yang dihadapi pekerja migran menjadi bagus dan mendorong mereka berangkat sesuai prosedur," kata Moeldoko.
Pelayanan yang sebelumnya sulit, mahal, dan lama bisa berubah menjadi mudah, murah dan cepat, karena pelayanan LTSA berada di satu gedung. Calon pekerja migran bisa mendapatkan informasi pilihan negara tujuan, gaji hingga jaminan keamanan serta mengurus berbagai dokumen yang diperlukan di tempat yang sama.
Bila sebelumnya calon pekerja migran cenderung memilih proses melalui calo agar proses dokumen lebih mudah, kini mereka bisa datang ke mal pelayanan publik dan mengurus dokumen mereka sendiri dengan proses yang mudah.
Moeldoko mengatakan selain LTSA, ada juga komunitas parenting yang dibangun dan pengarahan remitansi agar hasil kerja pekerja migran mendorong perubahan keluarganya menjadi semakin baik. Remitansi yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan pekerja migran harus kembali lagi bekerja keluar setelah kontrak pertama selesai.
BACA JUGA: Nikmati "Bali" dengan Harga Rupiah, Kunjungi Banyuwangi
“Harapannya negara bisa hadir ke desa dan peduli pada keluarga mereka. Kita berusaha membantu pemanfaatan remitansi yang didapat agar setelah tiga tahun bekerja, bisa langsung kembali dan menikmati perubahan di keluarganya," katanya.
Sementara Migrant Care menggelar Desbumi Summit di Taman Blambangan untuk memperlihatkan produk dari usaha mantan pekerja migran binaan mereka. Desbumi merupakan bentuk inisiatif lokal yang memanfaatkan Undang-undang Desa, sebagai sarana awal memberikan layanan imigrasi yang aman.
Mereka sudah mendampingi tujuh desa yang menjadi basis pengiriman pekerja migran di Banyuwangi wilayah selatan menjadi desa-desa Desbumi. Di desa-desa itu juga telah berdiri unit-unit pelayanan terpadu untuk pekerja migran dan peraturan desa (Perdes) perlindungan pekerja migran.
Sementra itu, Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mangatakan pusat pelayanan terpadu di desa-desa menjadi tempat calon tenaga kerja migran mengurus dokumen persyaratan keberangkatannya bekerja ke luar negeri.
BACA JUGA: Layanan Terpadu Buruh Migran Di Banyuwangi Tekan Pemalsuan Dokumen
Sedangkan LTSA di mal pelayanan publik menjadi tempat mereka mengurus dokumen-dokumen persyaratan di tingkat daerah.
" Banyuwangi bisa menjadi contoh ada LTSA yang terintegrasi dengan mal pelayanan publik, yang sudah memiliki Desbumi. Sebagai salah satu bentuk kolaborasi antara masyarakat sipil dan pemerintah," terang Wahyu.