Logo

Massa Demo Sodorkan Lima Tuntutan, Kapolres Jember Tolak Teken Poin Pencopotan Kapolri

Reporter:,Editor:

Sabtu, 30 August 2025 11:00 UTC

Massa Demo Sodorkan Lima Tuntutan, Kapolres Jember Tolak Teken Poin Pencopotan Kapolri

Kapolres Jember AKBP Bobby Adimas Candra Putra saat menjelaskan sikapnya merespon desakan untuk mendukung pencopotan Kapolri di hadapan massa AMJ yang menggelar demonstrasi di depan Mapolres Jember, Sabtu, 30 Agustus 2025. Foto: Faizin Adi.

JATIMNET.COM, Jember – Aksi demonstrasi mengecam brutalitas polisi terus terjadi di berbagai kota. Di Jember, ratusan mahasiswa, pemuda dan pelajar yang tergabung dalam Aliansi Amarah Masyarakat Jember (AMJ) menggelar aksi demo di depan Mapolres Jember, Sabtu,30 Agustus 2025.

Dalam demonstrasi, massa Aliansi AMJ mendesak agar Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo untuk mundur dari jabatannya. Mereka menyebut, Polri di bawah kepemimpinan Listyo telah gagal mereformasi diri sendiri.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus kekerasan dan skandal yang dilakukan oleh polisi, baik oleh level elite maupun di tingkat bawah. Polri saat ini juga dinilai makin represif terhadap rakyat.

Ratusan mahasiswa dan masyarakat peserta demo AMJ memulai aksi dengan berjalan kaki dari kampus Universitas Jember (Unej) ke Gedung DPRD Jember. Lalu bergerak dan memusatkan demonstrasi di depan Mapolres Jember.

BACA:  Aksi Solidaritas Kematian Affan, Ojol Jember Desak Kapolri Dicopot

Dalam orasinya, massa menilai tewasnya Affan Kurniawan (21) karena dilindas mobil rantis Brimob Polri adalah bukti nyata bahwa jargon ‘Polri Presisi’ hanyalah retorika kosong.

Dalam aksinya, mahasiswa menyampaikan lima tuntutan:

1. Bebaskan seluruh massa aksi yang ditahan.

2. Usut dan adili aparat pembunuh, dari pelaksana lapangan hingga pemberi perintah.

3. Lakukan evaluasi total terhadap institusi Polri.

4. Copot Kapolri Listyo Sigit Prabowo karena gagal mengubah wajah represif Polri.

5. Presiden dan DPR hentikan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.

Seperti dalam demonstrasi yang dilaksanakan oleh ratusan pengemudi ojol sehari sebelumnya, Jumat, 29 Agustus 2025, petinggi Polres Jember juga ikut menemui massa.

Hal itu dimanfaatkan oleh demonstran untuk mendesak Kapolres Jember AKBP Bobby Adimas Candra Putra agar menandatangani lima tuntutan mereka.

Bobby sempat membaca lima tuntutan tersebut. Ia menyatakan bersedia menandatangani kertas tuntutan tersebut, kecuali untuk poin nomor empat, yakni mendesak Kapolri untuk dicopot.

"Pencopotan Kapolri itu bukan wewenang kami. Itu adalah wewenang dari bapak presiden," ujar Bobby dengan pengeras suara dari mobil komando yang dinaikinya.

Sontak, pernyataan mantan anak buah Ferdy Sambo di Div Propam Mabes Polri itu disambut riuh sorakan dan ejekan dari peserta aksi.

BACA: Marah atas Kematian Affan, Massa Rusak Mapolsek dan Bakar Pos Polisi di Surabaya

Korlap aksi Abdul Aziz Al-Fazri menilai penolakan tersebut menunjukkan keberpihakan aparat pada kekuasaan, bukan rakyat.

“Kapolres lebih takut kehilangan jabatan daripada membela kepentingan rakyat. Sejak Listyo Sigit menjabat, kekerasan polisi justru meningkat,” ujar Aziz.

Ia menilai respon Listyo atas tewasnya Affan Kurniawan hanyalah gimick semata. “Kapolri tidak cukup hanya menangis atau minta maaf. Ia harus dicopot,” tegas Aziz.

Menurutnya, penolakan tanda tangan dari Kapolres Jember untuk pencopotan Kapolri membuktikan bahwa Polri tidak siap dikritik. “Padahal, nyawa rakyat sudah melayang akibat brutalitas aparat,” ucap Aziz.

Penolakan Kapolres Jember untuk menandatangani tuntutan penuh dinilai hanya mempertegas krisis legitimasi Polri di mata publik. Alih-alih menjalankan reformasi, aparat masih mempertahankan pola lama: represif di lapangan, normatif di atas kertas.

“Polri Presisi tidak lebih dari slogan. Faktanya, rakyat terus menjadi korban. Kapolri harus bertanggung jawab dan mundur,” tutup Aziz.

Menjelang magrib, korlap aksi kemudian meminta massa untuk membubarkan diri.

Meski korlap menganggap aksi hari ini sebagai kemenangan moral dan menyerukan pembubaran, sekitar 200 mahasiswa memilih bertahan di depan Mapolres Jember. Mereka menolak hasil nota kesepakatan yang mencoret poin pencopotan Kapolri.

Situasi sempat memanas dengan teriakan hujatan dan lemparan botol plastik ke arah polisi. Aparat terlihat berjaga ketat, namun eskalasi belum berkembang menjadi bentrokan terbuka.