Kamis, 04 July 2019 11:16 UTC
BMKG. Petugas BPBD Kabupaten Probolinggo Menunjukkan Titik-titik Daerah Kekeringan di Probolinggo, Foto : Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo – Musim kemarau sudah melanda Probolinggo. Kekeringan diprediksi tersebar di 24 Kecamatan. Namun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) belum menerima permintaan bantuan suplai air bersih.
Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi mengatakan, pihaknya telah memberikan surat ke tiap kecamatan, agar segera melapor jika warganya membutuhkan suplai air bersih.
Sementara, dari data BPBD Kabupaten Probolinggo, tercatat ada sekitar Tujuh kecamatan dan 12 desa yang mengalami bencana kekeringan.
Tujuh kecamatan itu meliputi Kecamatan Kuripan, Tegalsiwalan, Tongas, Bantaran, Wonomerto dan Lumbang.
BACA JUGA: Enam Daerah di Jatim Terancam Kekeringan Ekstrem
“Terkait penyebab kekeringan, ada beberapa faktor mulai musim kemarau panjang, jauhnya sumber mata air, serta kurang optimalnya jaringan air bersih atau banyak pipa saluran yang rusak,”kata Anggit, Kamis 4 Juli 2019.
Sebagai upaya penanganan kekeringan tersebut, disebutkan Anggit jika pihaknya sudah siap mendistribusikan air bersih ke daerah terdampak.
Juga distribusi bantuan tandon yang bisa dimanfaatkan sebagai terminal air dan berkoordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait (Pekerjaan Umum dan Dinas Lingkungan Hidup), terutama tentang kegiatan perpipaan dan pengeboran sumur, serta optimalisasi sumber mata air agar menjadi prioritas untuk daerah yang berpotensi kekeringan.
“Kalau untuk armada angkutan air bersih, BPBD sudah siap mas. Ada sekitar enam armada truk yang siap menyuplai bantuan air bersih ke masyarakat,”jelasnya.
BACA JUGA: Kemarau Datang Kekeringan Menjelang
Namun, meskipun kemarau dan kekeringan melanda, hujan lokal terpantau turun selama dua hari terakhir.
“Memang saat ini sudah masuk musim kemarau mas, namun potensi hujan bisa saja terjadi,”terangnya.
Sebelumnya, dikutip dari Jatimnet, Stasiun Meteorologi Tanjung Perak menyebut jika hujan lokal yang turun di sejumlah wilayah di Jawa Timur disebabkan Badai Moon yang sedang berhembus di wilayah Cina Selatan.
Badai dengan kekuatan angin cukup besar itu bertiup ke Barat, ke arah Indonesia. Ditambah kondisi atmosfir yang labil, menyebabkan uap air terhenti dan tidak tertiup ke arah Khatulistiwa.