
Reporter
Rochman AriefRabu, 6 Februari 2019 - 15:27
Editor
Rochman Arief
Presiden RI Joko WIdodo menjanjikan kenaikan harga gula di tingkat petani yang saat ini jatuh di kisaran Rp 9.700 per kilogram. Foto: Dok
JATIMNET.COM, Jakarta – Presiden Joko Widodo menjanjikan kenaikan harga gula di tingkat petani tebu dari harga pokok pembelian gula Rp 9.700 per kilogram.
“Tolong saya diberi waktu seminggu, akan undang Pak Sumitro (ketua DPN APTRI Sumitro Samadikun) dan tim membicarakan soal ini, jangan saya baru tahu, terus minta diputuskan. Intinya semangatnya kita naikkan,” kata Presiden Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu 6 Februari 2019.
Dalam acara Silaturahim Presiden Republik Indonesia dengan Para Petani Tebu Tahun 2019, Presiden menerima sejumlah keluhan dari petani tebu termasuk harga pokok pembelian gula yang ditetapkan pemerintah hanya Rp 9.700 per kilogram. Sementara petani mengharapkan pemerintah membeli Rp 10.500 per kilogram.
“Selanjutnya juga meminta mesin-mesin pabrik BUMN direvitalisasi, bisa diterima, kemudian soal bansos tebu, kemudian KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) tebu akan saya urus karena saya pikir hal ini sangat penting,” tambah Presiden.
BACA JUGA: Jatim Sumbang 52,34 Persen Produksi Gula Nasional
Prsiden mengaku bahwa usulan revitalisasi pabrik gula itu akan dibuat prioritas nomor 1, 2, 3 dan seterusnya.
“Bicara dengan pelaku-pelaku saya lebih cepat nangkep dan menindaklanjuti. Kadang-kadang saya bicara dengan birokrasi tidak masuk sehingga keputusan itu tidak bisa saya ambil, mohon maaf. Jangan dipikir semua hal saya mengerti,” ungkap Presiden RI ketujuh itu.
Presiden juga akan menindaklanjuti usulan mengenai sistem bagi hasil antara petani tebu dengan pabrik gula.
Sementara itu Ketua Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) Sumitro Samadikun mengakui belakangan ini petani tebu mengalami kesulitan menjual gula karena banyaknya gula impor dan rendahnya harga pokok pembelian gula.
BACA JUGA: Produksi Tebu Di PTPN X Menurun
“Apalagi Bulog hanya membeli dari petani pabrik penggilingan BUMN, sedangkan pabrik yang bukan BUMN seperti di Kebon Agung harganya jatuh di bawah Rp 9.000 per kilogram. Kami harapkan saat ini tidak impor karena stok masih ada,” kata Sumitro.
Sumitro juga meminta agar tidak ada gula rafinasi (gula untuk industri makanan dan minuman) yang bocor ke konsumen, sehingga merusak harga pasaran di tingkat konsumen.
Sumitro juga meminta sebelum penutupan pabrik gula yang tidak efisien diharapkan ada pabrik gula modern sebagai penggantinya. Harapannya agar tetap bisa menyediakan gula konsumsi untuk memenuhi kebutuhan petani.
“Kalau pabrik baru sudah berfungsi, baru pabrik lama ditutup,” tandasnya Sumitro. (ant)