Minggu, 08 August 2021 11:40 UTC
WASIT INTERNASIONAL. Guru SD Negeri Sawunggaling 1 Surabaya Qomarul Lailah yang akrab disapa Lia saat berada di lapangan badminton Olimpiade Tokyo 2020. Foto: Dok. Pribadi
JATIMNET.COM, Surabaya – Qomarul Lailah, 44 tahun, yang akrab disapa Lia merupakan guru Bahasa Inggris SD Negeri Sawunggaling 1 Surabaya. Ia terpilih menjadi wasit badminton perempuan dari Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo 2020.
Lia menceritakan pengalamannya saat kali pertama menjadi wasit badminton. Awalnya dia mengaku tidak tertarik menjadi wasit karena tak memahami olahraga badminton.
Akan tetapi, setelah mendapatkan cukup banyak pengetahuan, ia menjadi tertarik untuk mencoba ikut pelatihan dan menjalani ujian tingkat provinsi. Hasilnya, ibu dua anak ini lulus dan kelulusannya itu tak lantas membawa Lia begitu saja menjadi wasit profesional.
“Sampai para pemain berteriak kok begitu wasitnya, ada yang bilang ini wasit lulusan mana harus sekolah wasit lagi. Lalu dengan tetap optimis saya terus belajar hingga saya terus membaca buku berjudul Law of Badminton. Dan buku itu memang segala aturan dan instruksi dalam bahasa Inggris,” kata Lia, Minggu, 8 Agustus 2021.
BACA JUGA: Sepeda BMX yang Dipakai Atlet Dunia di Olimpiade Tokyo 2020 Diproduksi di Gresik
Dari situ, perempuan kelahiran Surabaya 24 September 1977 ini terus berjuang mengikuti berbagai ujian nasional di berbagai ajang. Seiring perjalanannya, Lia semakin melejit dalam dunia perwasitan. Namun, ia tak melupakan kewajibannya menjadi pendidik SD mata pelajaran bahasa Inggris.
Menariknya, Lia menjelaskan seluruh ilmu yang diperolehnya juga diimplementasikan di sekolah tempatnya mengajar. Ia pun mengaku anak-anak tersebut selalu dilatih agar selalu disiplin, percaya diri, dan pantang menyerah. Menurut dia, itu yang menjadi poin pentingnya dalam meraih kesuksesan.
Ternyata itu betul-betul terjadi ketika kita menerapkan tiga hal itu akan memudahkan kita mencapai banyak hal. Makanya saya ajarkan kepada anak didik saya sedini mungkin.
“Kalau kamu pengen berhasil, Nak, disiplin nomor satu. Saya ajarkan mereka jadi the real bonek. Jadi bonek sejati itu bukan kalau kalah main itu sakit hati terus berantem. Tetapi keberanian yang kita butuhkan. Nah, bahasa asing itu butuh keberanian karena bahasa itu kebiasaan. Saya ajarkan ke mereka itu wani (berani) berbicara Inggris,” ia menegaskan.
BACA JUGA: Raih Emas di Olimpiade Tokyo, Pasangan Ganda Putri Greysia Polii-Apriyani Rahayu Meluapkan Tangisan
Dengan begitu, dia berharap generasi penerus bangsa khususnya arek-arek Suroboyo semakin gigih dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-citanya. Terakhir Lia berterima kasih kepada berbagai pihak atas kesempatan yang diberikan termasuk Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
“Terima kasih juga untuk Kepala Sekolah SDN Sawunggaling 1 Bu Sri Kis Untari dan semua pihak, matur nuwun sekali lagi,” ia menuturkan.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya M. Aries Hilmi mengaku bangga atas terpilihnya Qomarul Lailah menjadi wasit badminton di Olimpiade Tokyo 2020. Bagi dia, dengan pengalaman yang diraih tersebut dapat menumbuhkan semangat baru baik guru maupun pelajar yang ada di Kota Pahlawan.
“Jadi memang luar biasa ada guru kita yang menjadi wasit di event internasional. Semangat ini lah yang kita harapkan dan mampu mewarnai guru-guru yang ada di Kota Pahlawan,” kata Aries.
BACA JUGA: Turnamen Indonesia Open dan Indonesia Masters 2021 Resmi Ditunda
Ia menjelaskan sebenarnya sosok Lia sudah beberapa kali menjadi wasit internasional. Karirnya dalam dunia perwasitan dimulai sejak tahun 2000. Waktu itu dirinya masih menjadi guru tenaga kontrak di salah satu SD di Surabaya. Kemudian seiring berjalannya waktu, dengan berbagai prosesnya, Lia berhasil memimpin jalannya berbagai pertandingan badminton internasional.
“Tentunya ini menjadi kebanggaan buat kami semua. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin apabila kita bersungguh-sungguh dan mengembangkan apapun yang kita miliki,” ia mengungkapkan.
Ia berharap Lia dapat membagikan pengalaman atas pencapaiannya dengan mengimplementasikan di tempat dirinya mengajar. Hal ini menjadi penting dilakukan agar semangat tersebut dapat menular kepada para pelajar di Kota Pahlawan.
“Yang paling penting, apapun kita kembangkan dan bersungguh-sungguh, karena ini bisa menjadi percontohan bagi para pelajar khususnya di SDN Sawunggaling 1,” katanya.
