Logo

DBD di Kota Probolinggo Meningkat, Lima Bulan Terdapat 161 Kasus

Reporter:,Editor:

Kamis, 12 May 2022 10:20 UTC

DBD di Kota Probolinggo Meningkat, Lima Bulan Terdapat 161 Kasus

Peningkatan. Aktivitas pengasapan atau Fogging oleh petugas Dinkes Kota Probolinggo. Foto : Diskominfo.

JATIMNET.COM, Probolinggo - Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Probolinggo mencatat, kasus demam berdarah dengue (DBD) mengalami tren peningkatan. Bahwa dari bulan Januari hingga Mei 2022, sudah tercatat sebanyak 161 kasus orang terinfeksi DBD, 3 kasus meninggal.

"Dibandingkan tahun kemarin, yakni antara Januari sampai bulan Mei tahun 2021 dengan Januari sampai Mei 2022 ini, ada kenaikan sekitar 33 persen, itu akumulasi," kata Plt Kepala Dinkes P2KB, Kota Probolinggo, dr NH Hidayati, Kamis 12 Mei 2022.

dr Ida sapaannya menjelaskan, adanya tren kenaikan itu, perubahan cuaca menjadi salah satu pendorong berkembangnya populasi sarang nyamuk pembawa virus DBD. "Masih ada musim hujan, masih ada kemarau, tipe cuaca seperti ini yang menimbulkan penyebaran populasi nyamuk, khususnya DBD, malah lebih meningkatkan perkembangan nyamuk itu sendiri," tuturnya.

Sebagai langkah pencegahan wabah DBD, ungkap dr Ida, Dinkes P2KB Kota Probolinggo telah mengeluarkan Surat Edaran tanggal 1 Desember 2021, Tentang Kewaspadaan Demam Berdarah Dengue yang berisi imbauan untuk melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M plus, yakni menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas serta aktivitas lainnya yang dapat mencegah gigitan nyamuk dan berkembangnya jentik-jentik nyamuk.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Virus DBD, Gerakan PSN Dimasifkan di Sejumlah Titik di Surabaya

Kedua, menerapkan Satu Rumah Satu Jumantik (Juru Pemantau Jentik), yakni setiap rumah harus ada 1 orang yang bertugas secara rutin memantau tempat penampungan air agar jentik tidak sampai berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Kemudian sosialisasi kewaspadaan DBD secara meluas oleh Dinkes P2KB, baik melalui media massa, siaran keliling hingga ke pengajian warga. Serta pemberian abate secara gratis melalui kader posyandu dan puskesmas.

Untuk pencegahan kedepan, dr Ida berpesan, masyarakat agar selalu waspada dan selalu menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi sarang jentik nyamuk.

"Pertama jangan menganggap remeh terhadap sakit yang biasa, segera berobat jika ada gejala demam lebih dari 2 hari. Kemudian kedua, menjaga kebersihan lingkungan karena dari lingkunganlah muncul sarang nyamuk, ketiga pengaktifan 1 rumah 1 kader jumantik," ujarnya.

Baca Juga: Cegah DBD, Jurnalis Ponorogo bersama Polisi dan Komunitas Bagi Ikan Cupang

Sebagai informasi, hingga tanggal 10 Mei wilayah Kanigaran menjadi kelurahan yang memiliki kasus DBD terbanyak yakni 64 kasus dan 1 kasus meninggal. Lalu Kelurahan Mayangan dengan 46 kasus, Kelurahan Kademangan 27 kasus dan 1 orang meninggal, Kelurahan Kedopok 15 kasus berikutnya Kelurahan Wonoasih 9 kasus dan 1 orang meninggal.

Dari beberapa kasus pasien DBD meninggal, menurut dr Ida, diawali dari kurangnya kewaspadaan dari pasien maupun keluarga pasien. "Masyarakat sendiri harus tidak boleh lengah, terhadap segala sesuatu atau tidak boleh dianggap remeh ya, sekecil apapun sakit itu kita tetap harus waspada," katanya.

Sementara Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes P2KB, dr. Lusi Tri Wahyuli mengatakan, aktifitas fogging atau pengasapan insektisida, bukanlah solusi untuk mencegah DBD.

"Fogging itu sebenarnya bukan suatu upaya pencegahan, tapi dia pengendalian pada indikasi khusus, tidak menjadi suatu hal diutamakan karena risiko kesehatan cukup tinggi, itu insektisida racun serangga," terang dr Lusi.