Senin, 12 November 2018 01:47 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Palu – Produksi ikan laut di Sulawesi Tengah pada 2017 tercatat 174.000 ton, atau menurun cukup siginifikan mencapai 30-an persen dibanding posisi lima tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo menyatakan bahwa penurunan itu disebabkan banyaknya nelayan yang menjual ikannya ke luar Sulteng.
“Penurunan itu bukan karena laut Sulteng tidak memiliki potensi lagi, tetapi banyaknya nelayan yang menangkap ikan dari laut provinsi ini kemudian menjualnya ke luar Sulteng," katanya, Senin 12 November 2018.
Menurut catatan Dinas KP Sulteng, produksi tangkapan nelayan di tahun 2013 mencapai 260.000 ton, kemudian naik menjadi 264.000 ton di tahun 2014, lalu turun menjadi 210.000 ton tahun 2016, dan turun lagi menjadi 174.000 ton pada 2017.
Menurut dia, Sulteng merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki potensi penangkapan cukup besar karena menjadi satu-satunya provinsi yang memiliki tiga wilayah pengelolana perikanan (WPP) yakni Selat Makassar, Teluk Tomini dan Teluk Tolo.
Selain itu, investasi pemerintah di sektor kelautan perikanan dalam 10 tahun terakhir cukup signifikan mencapai Rp200 miliar untuk pembangunan pelabuhan dan sarana, prasarana serta fasilitas untuk nelayan. Investasi itu belum termasuk pembangunan kapal-kapal penangkap ikan bertonase 30 GT.
Namun banyaknya nelayan yang menangkap ikan di laut Sulteng cenderung menjual hasil tangkapannya ke luar daerah. Seolah-olah laut Sulteng saat ini tidak menghasilkan ikan.
Salah satu sebabnya adalah harga ikan di daerah lain lebih menarik dibanding di Sulteng. Selain itu, sarana pendaratan ikan di Sulteng seperti dermaga yang menyediakan es balok, ruang pendingin dan pembekuan ikan masih sangat terbatas, apalagi di WPP Teluk Tolo.
Gubernur Sulteng Longki Djanggola pernah mengeluarkan imbauan kepada nelayan agar membawa ikan hasil tangkapannya ke Sulteng karena hal itu penting untuk perekonomian daerah untuk menjaga stabilitas harga ikan.
"Kalau tidak bisa bawa semua ke Sulteng, ya separuhnya bawa kemari, jangan semuanya dibawa ke luar, karena dampaknya harga ikan di Sulteng menjadi sangat mahal," ujar gubernur dalam dialog interaktif televisi daerah saat membahas masalah harga ikan sebagai penyebab inflasi di Kota Palu.
Pihak Dinas KP Sulteng sendiri akan membuat membuat kebijakan tidak akan menerbitkan surat izin melaut kepada kapal-kapal penangkap ikan bila tidak berkomitmen membawa hasil tangkapannya ke daratan Sulawesi Tengah.
Para nelayan Donggala misalnya, kebanyakan membawa hasil tangkapannya ke Kalimantan Timur karena harga ikan di sana lebih tinggi. Hal ini menyebabkan stok ikan di pasaran Kota Palu sering langka sehingga memicu terjadinya inflasi. (ant)