Rabu, 12 September 2018 05:00 UTC
Airlangga Hartanto. Ilustrasi
JATIMNET.COM, Jakarta – Pertemuan Indonesia dan Korea Selatan membawa dampak positif bagi iklim investasi dalam negeri. Setidaknya Korea Selatan menjanjikan investasi sebesar 446 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,6 triliun (kurs 1 dollar AS = Rp 14.836) dalam Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018 di Seoul, Korea Selatan.
Disebutkan Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto seperti dikutip Antara, Rabu 12 September 2018, pertemuan tersebut membawa dampak positif bagi Indonesia. Kepercayaan yang diberikan Korea Selatan kepada Indonesia cukup besar dengan masuknya investasi 446 juta dollar AS.
“Pertemuan ini mencerminkan antusiasme pengusaha Korea untuk lebih mendorong kolaborasi bisnis dengan Indonesia, baik dalam bentuk perluasan usaha maupun investasi baru di beberapa sektor industri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangan resminya dari Seoul, Korea Selatan, Rabu 12 September 2018.
Diterangkan politisi asal Partai Golkar itu terdapat enam perusahaan asal Korsel yang telah komit berinvestasi, yakni LS Cable & System yang bermitra dengan PT Artha Metal Sinergi untuk pengembangan sektor industri kabel listrik senilai 50 juta dolar AS di Karawang, Jawa Barat.
Kemudian, Parkland yang menggelontorkan dana sebesar 75 juta dolar AS guna membangun industri alas kaki di Pati, Jawa Tengah, dan Sae-A Trading menanamkan modalnya hingga 36 juta dolar AS untuk sektor tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah.
Selanjutnya, Taekwang Industrial akan membangun industri alas kaki senilai 100 juta dolar AS di Subang dan Bandung, Jawa Barat.
Selain itu, World Power Tech dengan mitra lokalnya PT NW Industries yang berinvestasi sebesar 85 juta dolar AS untuk pengembangan industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat.
Terakhir, InterVest dengan Kejora Ventures yang menamamkan modalnya 100 juta dolar AS untuk jasa pembiayaan startup (modal ventura) di DKI Jakarta. Dengan demikian, total investasi mencapai 446 juta.

Menperin meyakini, kerja sama yang terjalin itu dapat mendorong industri manufaktur nasional untuk lebih meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri. Selain itu, juga untuk penambahan terhadap penyerapan tenaga kerja lokal.
“Ini yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara inklusif, terutama melalui program hilirisasi,” tegasnya di sela Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018.
Langkah sinergi yang dibangun pelaku industri kedua negara juga diharapkan mendukung implementasi Making Indonesia 4.0. Salah satunya dengan membangun ekosistem inovasi dengan transfer teknologi yang berkelanjutan guna mendukung revolusi industri 4.0.
“Kami optimistis, hubungan antara kedua negara ini sangat menjanjikan di tahun-tahun mendatang dan itu akan menjadi dasar yang kuat untuk hubungan lebih lanjut antara kedua negara, terutama dalam membangun perekonomian,” papar Airlangga.