Kamis, 01 November 2018 05:16 UTC
Ilustrasi
JATIMNET.COM, Karawang - Material pesawat yang penting terkait kecelakaan Lion Air PK-LQP nomer penerbangan JT-610 diprediksi bergeser ke arah perairan Subang. "Ada pergeseran titik koordinat dari kemarin di 10 Nautical Mile menuju 15 Nautical Mile arah timur perairan Subang karena pengaruh arus dan angin laut," katanya di Karawang, seperti dikuti Antara, Kamis, 1 November 2018.
Menurut dia, informasi itu diberikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang kini telah bergabung di Posko Taktis Pesisir Pantai Tanjung Pakis, Karawang. Menurut dia, pola pencarian material penting kecelakaan pesawat mulai diintegrasikan dengan data yang dihimpun pihak BMKG.
Deden mengatakan kondisi arus bawah laut serta angin kencang telah menghanyutkan elemen pesawat ke sejumlah titik di sekitar perairan Indramayu dan sebagian Karawang. Pihaknya mengerahkan 10 tim penyisir permukaan laut guna pencarian jasad korban maupun komponen pesawat yang hilang.
"Satu tim kita kerahkan menuju muara Sungai Citarum dan dua tim kita kerahkan sampai ke Pantai Subang serta Balongan, Indramayu," katanya. Tim di sekitar kawasan Indramayu dan Subang dikhususkan untuk menyisir pinggiran pantai. Sedangkan sebanyak delapan tim lainnya tetap fokus di sekitar perairan Tanjung Karawang.
"Kami terus berkoordinasi dengan BMKG untuk mengantisipasi perubahan arah angin, sebab material pesawat diprediksi akan mengikuti pergerakan arus bawah laut maupun angin," katanya.
Sementara itu, kencangnya arus bawah laut dan peningkatan volume lumpur di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat juga mengakibatkan tim selam kesulitan mendeteksi objek pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT-610. "Saya bisa bergeser hingga 70-100 meter dari perahu (titik selam) saking kencangnya arus bawah laut," ujar Ketua Jawa Barat Squad Rescue, Ramdhan Dani, di Karawang.
Menurut Ramdhan, arus permukaan laut yang terpantau relatif tenang pada siang hari Kamis berbanding terbalik dengan arus bawah laut yang dirasakannya sangat kencang. "Angin kencang ke arah timur laut diperkirakan menggeser sejumlah objek pesawat maupun jasad dari prediksi titik jatuh di Tanjung Karawang," katanya.
Kencangnya arus bawah laut juga mengangkat material lumpur di hilir Sungai Citarum yang selama ini mengendap di lokasi itu, kata Ramdhan, membuat jarak pandang penyelam menjadi pendek dan sulit fokus pada objek pencarian. "Jarak pandang kami tertutup lumpur. Paling jauh pandangan sekitar dua meter," katanya.
