Logo

Kolaborasi Desainer Milenial dan Perajin Batik di Mojokerto Batik Festival 2020  

Reporter:,Editor:

Sabtu, 12 December 2020 13:40 UTC

Kolaborasi Desainer Milenial dan Perajin Batik di Mojokerto Batik Festival 2020  

BATIK MILENIAL. Desainer muda berbakat, Cristy, menunjukkan karya batik vintage milleneal Khas Kota Mojokerto dalam Mojokertoo Batik Festival 2020, Sabtu malam, 12 Desember 2020. Foto : Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Sepuluh desainer muda berkreasi menyajikan hasil karya desain fashion berbahan batik perajin lokal Kota Mojokerto. Mereka tampak sibuk menyiapkan karya-karya fashion hasil desain sendiri di Pendapa Rumah Rakyat, Jalan Hayam Wuruk.

Mereka antara lain Saf Tuasikal, Reny Larasati, Frinsisca Cristy, Dedi Firmansyah, Lyna Desriana, Sothys Dwi B, Kiki Ika Susanti bersama Ella Daniswara, Dessy Dhalia, Edy Susanto, dan Danny Dwa.

Selain itu, ada enam pembatik lokal yang bahannya dijadikan bagian dari hasil karya setiap desainer tersebut antara lain Batik Sekar Arum, Batik Bu Erna, Batik Bu Mis, Batik Bu Sofia, Batik Bu Dar, dan Batik Bu Kunati.

Karya-karya desainer muda dan pembatik yang merupakan aset kota terkecil di Indonesia ini ditampilkan pada puncak pagelaran Mojokerto Batik Festival 2020 bertempat di Grand Atrium Sunrise Mall, mulai pukul 19.00 WIB, Sabtu, 12 Desember 2020.

BACA JUGA: Batik Khas Mojokerto Berpadu dengan Busana Anak Muda Jepang hingga Korea

Salah satu desainer, Frinsisca Cristy, 18 tahun, merupakan desainer paling muda di antara sepuluh desainer lokal yang berpartisipasi dalam kegiatan Mojokerto Batik Festival 2020 tersebut.

Dia adalah desainer muda berbakat yang mampu menciptakan desain fashion apik dari bahan batik buatan perajin lokal dan dikolaborasikan dengan kain denim atau jeans, bahkan padu padan asesoris.

Hasil perpaduan kain batik bercorak cokelat dan denim warna biru itu didesain fashion kekinian ala K-Pop, lengan panjang yang dilengkapi aksesori rantai pinggang sehingga semakin menambah kesan casual. Dapat dipakai fleksibel saat moment santai maupun saat acara resmi.

Baju batik hasil karya Cristy menyita perhatian saat dipajang di manekin bahkan dilirik Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari.

"Saya mengambil tema Vintage dan Milenial disesuaikan fashion anak muda kekinian yang cenderung suka lengan baju model puff," ucapnya.

Ia mengatakan alasan memakai bahan denim lantaran anak muda lebih menyukai memakai baju berbahan tersebut. 

"Saya mengkombinasikan denim dan bahan batik ditambah aksesori rantai sering digunakan dalam fashion agar dapat dipakai anak muda," katanya.

Menurut dia, perpaduan kain batik buatan perajin lokal dan denim dibuat dalam bentuk baju bertujuan mengenalkan pada kaum muda untuk lebih mencintai produk buatan lokal sekaligus menghargai warisan budaya.

Ada bagian item dari baju yang didesain yaitu jaket (rompi) dan rok denim yang bisa dipakai maupun dicopot sesuai kebutuhan sehingga lebih menonjolkan batik.

"Trend fashion sekarang lebih mengarah pada Idol Korea yang disukai milenial seperti lengan puff," ujar alumni SMKN 1 Sooko ini.

Sementara itu, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari atau biasa disapa Ning Ita menjelaskan ini merupakan pagelaran kali kedua di masa kepemimpinannya.
 

BACA JUGA: Pulihkan Ekonomi Saat Pandemi, Ning Ita Dorong Perbankan dan UMKM Kota Mojokerto

"Mojokerto Batik Festival tahun ini adalah pagelaran batik yang kedua pada masa kepemimpinan saya. Dan kali ini mengambil tema "mula" dimana kata mula berasal dari Bahasa Indonesia yang artinya pertama," ucap Ning Ita didampingi Kepala Disperindag Kota Mojokerto Ruby Hartoyo.

Maksud pagelaran ini adalah tampilan pertama kalinya karya original desainer lokal Mojokerto Raya untuk menyajikan fashion berbahan batik khas Kota Mojokerto.

Kendati masih dalam masa pandemi Covid-19, ia menjelaskan kondisi ini bukan berarti menghalangi masyarakat berkarya.

Ini merupakan bagian grand design dalam meningkatkan perekonomian daerah melalui ekonomi kreatif dalam mendorong masyarakat Kota Mojokerto yang mandiri, berdaya saing, dan bermartabat.

"Salah satu upaya kami ya ini, dengan menstimulus fasilitas memberikan ruang dalam kreativitas para perajin batik berkolaborasi dengan desainer lokal," ujarnya.