Logo

Harga Kedelai Impor Meroket, Produsen Pilih Kecilkan Ukuran Tempe

Reporter:,Editor:

Senin, 21 February 2022 04:20 UTC

Harga Kedelai Impor Meroket, Produsen Pilih Kecilkan Ukuran Tempe

Perajin tempe mencoba bertahan dengan stok kedelai import seharga Rp11.000 perkilogram. Senin, 21 Februari 2022. Foto : Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto - Kenaikan harga bahan baku kedelai impor membuat perajin tempe dan tahu di Mojokerto, menjerit. Lantaran, sejak 40 tahun terakhir baru kali ini mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi mencapai Rp10.000 sampai Rp11.050 rupiah perkilogram.

Wahyuni, 56 tahun yang sejak tahun 1982 sudah menjadi produsen tempe di Kota Mojokerto mengeluhkan biaya produksinya naik hingga RP400 ribu rupiah perhari akibat kenaikan harga kedelai saja.

Kedelai asal Amerika mengalami kenaikan sejak awal tahun 2022 dikisaran harga Rp10.000 perkilogram. Merangsek naik di dua bulan terakhir, sejak januari sampai Februari.

Baca Juga: Produsen Tempe di Probolinggo Minta Pemerintah Atasi Kenaikan Harga Kedelai Impor

"Sehari saja, mau gak mau harus tambah biaya sampai Rp400 ribu perhari untuk 150 kilogram. Kalau tahun lalu masih diharga Rp8.000 per kilo nya," ujarnya

Wanita yang juga bendahara di Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Koptindo) cabang Mojokerto mengatakan, akibat kenaik harga ini, ia harus rela mengurangi porsi ukuran tempe. Yakni, ukuran awal 5 sentimeter menjadi 3 sentimeter agar tetap beredar di pasaran dengan harga jual tetap.

Jika mereka menaikkan harga akan berdampak penjualan yang menurun. Mereka akhirnya mensiasatinya dengan cara memperkecil ukuran.

Baca Juga: Kedelai Meroket

"Penjual kan maunya dengan harga Rp10.000 sudah dapat tujuh potong tempe. Harga gak mau dinaikkan. Jadi mau tidak mau kami kurangi ukuran saja, mengecil 3 sentimeter. Tapi tetap tujuh potong," ujarnya sembari tetap mengolah tempe dalam jumlah kecil, dikarenakan adanya sejumlah aksi perajin yang mogok produksi.

Ia berharap pemerintah turun tangan untuk mengendalikan harga kedelai agar pabrik-pabrik kecil sepertinya dapat terus berproduksi. Dimana kestabilan harga berada diangka Rp8000 sampai Rp8.5000 per kilo selama ini.

"Kalau mogok produksi, saya tidak. Soalnya sama pemerintah dan Gakoptindo pusat sudah memberikan edaran untuk tidak mogok produksi. Kami berharap pemerintah bisa kasih solusi untuk para pengrajin, jangan sampai harga diatas Rp10.000 lah," ia memungkasi.